Mohon tunggu...
David Abdullah
David Abdullah Mohon Tunggu... Lainnya - —

Best in Opinion Kompasiana Awards 2021 | Kata, data, fakta

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Piala Dunia Qatar, Ajang Apolitis yang Paling Politis

24 November 2022   13:44 Diperbarui: 26 November 2022   08:40 1314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Piala Dunia FIFA Qatar 2022. | Getty Images via FIFA

Adalah wajar jika suatu negara disanksi karena pelanggaran aturan di lapangan atau pelanggaran secara administratif. Namun, disanksi lantaran pelanggaran yang tidak ada kaitannya dengan sepak bola merupakan hal yang tidak wajar.

FIFA lagi-lagi menelan ludahnya sendiri. Jargon Kick Politics Out of Football yang tertuang pada Pasal 4 ayat (5) Law of the Games 2021/2022, tak lebih dari sekadar omong kosong yang diperdagangkan.

Badan sepak bola dunia ini terlalu dalam menyeburkan diri ke area politik. Mereka menghukum Rusia, tetapi menutup mata terhadap dosa-dosa yang dilakukan oleh negara lain, terutama blok barat.

Mereka tidak berkutik dalam menyikapi invasi Israel ke Palestina meskipun telah berlangsung sejak puluhan tahun silam. Begitu pun dengan Amerika Serikat yang memiliki catatan HAM buruk serta dosa perang yang tak termaafkan di kawasan Timur Tengah.

Kini ada 14 negara di seluruh dunia yang pernah menjadi tuan rumah Piala Dunia sejak tahun 1930 hingga 2022 ini. Nyaris tidak ada satu pun negara yang terbebas dari pelanggaran HAM. Dari sanalah ide "Kick Politics out of Football" menemui urgensinya dan harus diterapkan tanpa pandang bulu.

Ajang Apolitis yang Paling Politis

Sebuah panggung olahraga yang selalu dicitrakan apolitis oleh publik sepak bola, justru menjadi ekosistem yang strategis untuk menampung berbagai kepentingan politik dari seluruh penjuru dunia. Tidak hanya bagi tuan rumah dan pemain saja, tetapi juga kelompok suporter.

Sebagai "ratu adil" di dunia sepak bola, FIFA memiliki tugas yang sangat berat untuk membuat parameter dan batasan tentang sejauh apa suatu tindakan bisa disebut sebagai aksi politik.

Selama batas dan parameternya masih kelabu atau hanya memihak kelompok tertentu saja, selama itu pula sepak bola tidak akan benar-benar bisa lepas dari segala kepentingan politik.

Merujuk pada sejumlah realitas di atas, tidak berlebihan apabila menyebut Piala Dunia Qatar 2022 sebagai ajang apolitis yang paling politis sejak event sepak bola empat tahunan itu pertama kali digelar.

Pada akhirnya, politik dalam sepak bola adalah sebuah keniscayaan yang sangat sulit, bahkan mustahil, untuk dihindari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun