"The Queen is dead, long live the King!"
Proklamasi tradisional itulah yang saat ini sedang bergema di seluruh kawasan Britania Raya dan negara-negara yang tergabung dalam Alam Persemakmuran di bawah naungannya, untuk menandai kematian Elizabeth Alexandra Mary.
Ratu Elizabeth II telah menghembuskan napas terakhir dalam usia nyaris seabad alias 96 tahun, pada Kamis, (8/9/2022), waktu setempat.
Menurut informasi Istana Buckingham, sang ratu penguasa terlama di Britania Raya ini dilaporkan telah menderita apa yang mereka sebut "masalah mobilitas episodik" sejak akhir tahun lalu. Akibat kondisinya itu, sang ratu diminta untuk mengurangi agenda dalam acara publik.
Sesuai gelar resminya, Ratu Elizabeth II merupakan Elizabeth ke-2 yang pernah menyandang gelar ratu dalam kerajaan Inggris. Terhitung selama tujuh dekade dia menjabat, yang menjadikan dirinya sebagai ratu terlama dalam sejarah. Dia melampaui jabatan Ratu Victoria, yang memerintah Inggris selama 63 tahun.
Elizabeth naik takhta pada tahun 1952, usai kepergian ayahnya, Raja George VI. Kala itu ia memimpin Inggris di tengah banyaknya pergolakan global, kemelut politik domestik, serta gejolak internal dalam lingkup keluarga kerajaan, yang akhirnya memaksa untuk diadakannya modernisasi monarkhi secara radikal.
Dia memerintah Britania Raya serta 16 negara Persemakmuran ketika usianya baru menginjak 27 tahun. Tak hanya itu, Ratu Elizabeth II juga merupakan ketua dari 54 anggota Alam Persemakmuran serta Gubernur Agung Gereja Inggris.
Sang ratu memiliki 4 anak, 8 cucu, dan 12 cicit. Suaminya, Pangeran Philip, Duke of Edinburgh, meninggal dunia pada 9 April 2021, dalam usia 99 tahun, atau setahun sebelum kepergiannya.
Selogan "The Queen is dead, long live the King!" juga menandai suksesi kekuasaan dari tangan Elizabeth II kepada pewaris takhta, yang juga anaknya, Charles Philip Arthur George. Orasi senada dahulu juga pernah bergema pada tahun 1901, ketika Edward naik ke takhta tertinggi kerajaan, setelah meninggalnya Ratu Victoria.
Kepergian ratu atau raja di Inggris Raya, juga akan menjadi penanda atas lahirnya pemerintahan yang baru. Nantinya akan ada rangkaian prosesi pemakaman sang ratu dan upacara pengukuhan raja baru, yang disebut dengan Operasi Spring Tide untuk menobatkan Raja Charles III.