Sama seperti jenama lainnya, Yeezy juga tak segan-segan memasang label harga setinggi langit untuk setiap produk yang ditawarkan. Dengan harga semahal itu, otomatis hanya kalangan orang kaya lah yang sanggup membelinya.
Sebelum diadopsi rumah mode mewah, gaya fesyen ini lazim dipakai oleh para tunawisma atau orang-orang yang tak beruntung lainnya. Mereka dipaksa oleh keadaan sehingga mengenakan pakaian atau barang-barang yang sudah usang karena tak mampu membeli yang baru.
Gaya fesyen yang sama sebelumnya juga pernah dipakai sebagai ikon perlawanan. Estetika kemiskinan alias poor aesthetic dapat dijumpai sejak era rock dan heavy metal pada era 1980-an. Untuk pertama kalinya busana robek digunakan sebagai pilihan mode dan estetika, bukan akibat desakan kondisi atau kebutuhan.
Sebagian yang lain menganggap pakaian robek sebagai ikon perlawanan terhadap kemapanan. Mereka akan mengiris atau merobek baju dan celananya sendiri kala terlibat dalam suatu gerakan sosial.
Pakaian yang Anda pakai memang dapat mencerminkan status sosial Anda, atau setidaknya bisa menampilkan imej yang Anda inginkan. Gaya busana adalah cara non-verbal untuk menunjukkan kepada semua orang apa yang telah Anda capai.Â
Dahulu, busana orang kaya dan miskin amatlah berbeda yang memungkinkan untuk menebak dari kelas sosial mana seseorang berada dalam sekejap. Guna mempertegas strata sosial yang lebih tinggi, barang mewah pun diciptakan.
Barang mewah adalah indikator status. Mereka menunjukkan status sosialnya sehingga mampu berkomunikasi serta berdiri sejajar di kalangan kelas atas.
Akan tetapi, komodifikasi kemiskinan yang diperagakan jenama mode mewah ini menimbulkan paradoks, yang mana seluruh kelas sosial kini justru terlihat seragam. Secara penampilan, keduanya susah dibedakan. Mungkin hanya label harga busana mereka lah yang menjadi faktor pembeda yang sangat mencolok.
Tentunya menjadi pemandangan yang sangat kontras ketika mereka memakai pakaian yang diambil dari rakyat jelata, sembari menaiki Bentley atau Maserati. Barangkali, mereka merasa bangga bisa membeli barang-barang remeh dengan harga fantastis yang hanya secuil orang saja yang mampu menggapainya.
Mode bertema kemelaratan melahirkan banyak pertanyaan moral dan filosofis seputar apropriasi. Mengapa orang kaya ingin terlihat miskin? Apa agar mereka tidak terlihat mencolok, sehingga tidak mengundang orang yang berniat jahat?Â