Perlahan tetapi pasti, pemerintah telah mulai mendorong produksi sorgum di dalam negeri. Sudah ada sekitar 4.355 hektar lahan yang ditanami sorgum di enam provinsi yang memiliki kapasitas produksi mencapai 15.243 ton.
Untuk memenuhi kebutuhan pasar di dalam negeri, angka tersebut tentunya masih harus ditingkatkan. Kementerian Pertanian (Kementan) diharapkan bisa menggenjot kapasitas produksi sorgum supaya Indonesia mampu mengurangi ketergantungan impornya yang sangat besar terhadap komoditas serealia.
3. Budidaya Gandum
Di tengah ketergantungan pada gandum yang amat tinggi, pengembangan sektor serealia dipandang mendesak. Kabarnya, BRIN telah melakukan penelitian untuk menghasilkan varietas gandum (tropis) yang dapat dikembangkan di Indonesia. Namun, masih perlu dioptimalkan guna mendapatkan hasil yang memuaskan.
Upaya serupa juga kini tengah dilakukan oleh Kementan dalam mengembangkan budidaya tanaman gandum di Indonesia Timur, khususnya area NTT dan Papua.
Semoga upaya kedua lembaga bisa cepat membuahkan hasil agar Indonesia tidak harus bergantung pasokan gandum dari luar negeri. Dengan begitu, selanjutnya akan mempermudah peran pemerintah dalam menjaga stabilitas harga produk-produk turunannya, seperti mi instan.
Jika berkaca pada konsensus yang telah dicapai oleh Ukraina dan Rusia di Turki, Diplomasi Mi Instan yang didesain oleh Presiden Jokowi sejatinya telah berhasil mendorong sejumlah pemimpin negara di dunia untuk turut terlibat aktif dalam membuka tuas impor gandum global.
Meskipun sinyal perdamaian belum juga terlihat sampai detik ini, strategi Jokowi dalam menjaga rantai pasokan gandum dalam negeri, tentunya patut diapresiasi. Siapa tahu, dari terbukanya keran impor gandum akan menjadi awal diadakannya gencatan senjata antara Ukraina-Rusia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H