Secreto sering digunakan orang-orang penasaran (penggemar rahasia) yang ingin mengutarakan atau menanyakan tentang sesuatu tanpa harus diketahui identitasnya. Sang pengirim tidak perlu khawatir identitasnya akan terungkap atau terlacak.
Uniknya, siapa saja dapat menanggapi teks apa pun yang diunggah di situ, baik pemilik akun sendiri maupun orang lain. Secreto memberi kebebasan yang benar-benar bebas. Tanpa batasan apa pun!
Situs berkonsep "Secret Message Book" ini sempat viral dan masuk dalam daftar Google Trends pada 22 Desember 2021 lalu. Hal itu menandakan bahwa Secreto banyak diminati publik di seluruh dunia.
Racun Anonimitas
Senada dengan poison pen, Secreto juga berbagi DNA yang identik. Pesan yang dikirim benar-benar tanpa identitas. Di satu sisi, hal itu positif lantaran orang dapat menyampaikan unek-uneknya secara leluasa serta melatih kejujuran.
Namun, sayangnya, platform anonim ini kerap dijadikan media bagi orang-orang tak bertanggung jawab untuk mengirim ujaran kebencian (hate speech) berbentuk cyberbullying alias perundungan daring.
Sisi kejujuran yang terlalu brutal itu lah yang membuat Secreto beracun lantaran menjadi media bagi berkembangbiaknya intimidasi. Sudah banyak penggunanya yang mengeluhkan mengenai ancaman, pesan negatif, dan jenis intimidasi lain.
Beberapa pernah dialami oleh sejumlah pengikut saya di akun Twitter. Dari lima pengguna Secreto yang saya wawancara, ada tiga individu yang mengaku sempat menerima ujaran kebencian.
Para pengirim di Secreto bahkan secara terang-terangan meluapkan kebencian mereka tentang ranah pribadi si pemilik akun seperti pekerjaan, keluarga, karier, pencapaian, gosip, atau aib. Barbar, ya?
Nah, masalahnya, hingga hari ini, pihak Secreto belum memberikan opsi hapus atau edit dalam layanannya. Pesan yang tertulis pada profil bisa bertahan selama akun masih aktif, sehingga setiap orang bisa melihat seluruh pesan yang tertulis di sana, termasuk yang berbau negatif.
Di Internet, orang-orang dapat terpicu mengutarakan hal-hal yang tidak akan pernah mereka katakan kepada khalayak secara langsung. Ia memberi rasa aman palsu yang membuat individu merasa seolah-olah bebas mengutarakan apa saja tanpa adanya konsekuensi.