Mohon tunggu...
David Abdullah
David Abdullah Mohon Tunggu... Lainnya - —

Best in Opinion Kompasiana Awards 2021 | Kata, data, fakta

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Rahim Artifisial, Solusi Kepunahan Peradaban?

9 Februari 2022   13:15 Diperbarui: 10 April 2022   12:41 1722
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Degradasi populasi terparah dialami oleh Jepang yang diperkirakan turun dari 128 juta pada 2017 (rekor tertinggi) ke kurang dari 53 juta. Populasi Italia pun diprediksi akan menurun secara drastis, dari 61 juta ke 28 juta dalam periode yang sama.

Keduanya adalah bagian dari 23 negara, meliputi Spanyol, Portugal, Thailand, serta Korea Selatan, yang populasinya diperkirakan turun lebih dari setengah.

China sebagai negara terpadat, diprediksi akan memiliki populasi tertingginya pada angka 1,4 miliar jiwa dalam waktu empat tahun ke depan. Namun, populasi negara pimpinan Xin Jin Ping akan turun hampir separuhnya menjadi 732 juta pada 2100.

Di samping itu, populasi dunia juga akan menua secara dramatis, dengan jumlah manula berusia 80 tahun akan sebanyak bayi yang baru lahir. Bagi para ilmuwan, hal itu sangat mengkhawatirkan.

Menurut para ahli, penurunan tingkat kesuburan tak disebabkan berkurangnya jumlah sperma atau hal lain yang sering disinggung dalam diskusi fertilitas. Akan tetapi, disebabkan lantaran lebih banyak perempuan yang teredukasi dan bekerja. Selain itu, kian luasnya akses kontrasepsi membuat perempuan bisa memilih untuk memiliki anak lebih sedikit.

Rahim Artifisial

Anda mungkin berpikir fenomena ini bagus untuk lingkungan. Populasi dunia yang lebih kecil tentu akan mengurangi kepadatan penduduk, emisi karbon, pencemaran, deforestasi, dan seabrek problem ekologi lain. Kelestarian bumi pun akan lebih terjaga.

Namun, ketika dunia memiliki struktur usia terbalik (lebih banyak kaum manula daripada anak muda) bisa menciptakan beragam konsekuensi negatif pada masa depan. Demikian prediksi para ilmuwan.

Beberapa negara bahkan telah mencoba kebijakan seperti migrasi, memperbaiki sistem cuti melahirkan untuk orangtua, perawatan anak gratis, insentif finansial, dan hak-hak pekerja tambahan lainnya. Akan tetapi, hingga kini belum ada hasil yang terlihat.

Penurunan populasi juga menyita atensi tokoh dunia. CEO Tesla dan SpaceX, Elon Musk, berharap ada lebih banyak orang yang  memiliki anak. Penyusutan itu, bagi Musk, merupakan persoalan serius, salah satunya bisa memicu raibnya peradaban. Ia bahkan berani memberi contoh dengan memiliki enam anak, alih-alih dua anak seperti program KB.

"Jika orang tidak memiliki lebih banyak anak, peradaban akan runtuh. Tandai kata-kataku," ungkap Musk.

Musk mengungkapkan betapa penting kolonisasi luar angkasa, taruhlah Mars, sebagai jalan keluar atas penyusutan populasi umat manusia di Bumi. Perlu adanya ekosistem untuk menghindari kepunahan massal yang mungkin akan terjadi pada masa depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun