Mohon tunggu...
David Abdullah
David Abdullah Mohon Tunggu... Lainnya - —

Best in Opinion Kompasiana Awards 2021 | Kata, data, fakta

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Kisah Jali Bersama Rumah Swadaya di Pinggir Kali

7 Januari 2022   15:42 Diperbarui: 7 Januari 2022   20:16 1420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kondisi di dalam rumah swadaya Bang Jali yang kurang layak. | Dokumentasi pribadi

Sejelek-jeleknya rumahmu, di sana lah tempat yang paling ramah untuk pulang. Mau sejauh apa pun Kamu pergi, rumah lah ruang bagimu menabung rindu.

Rumah tetap lah rumah tidak peduli jika didirikan di kolong jembatan, di tengah hutan, atau di pinggir kali. Setidaknya ia mampu melindungi dirimu dari guyuran hujan dan sengatan matahari.

Beberapa kalangan bisa membeli istana berfasilitas mewah dengan harga sangat wah. Sementara beberapa sisanya, sudah bersyukur memiliki rumah ala kadarnya di samping bentangan sawah.

Kendati tak dilengkapi jaccuzi, Bang Jali sudah merasa beruntung punya rumah di panggir kali. Tepat di sebelah rumahnya, ada kandang kambing milik sang orangtua. Kebetulan rumahnya tidak jauh dari kediaman saya di kampung halaman.

Kandang kambing tepat di sebelah rumah Bang Jali. | Dokumentasi pribadi
Kandang kambing tepat di sebelah rumah Bang Jali. | Dokumentasi pribadi

Baginya, aroma prengus serta kotoran kambing seakan telah menjadi subtitusi parfumnya sehari-hari. Belum lagi bau air limbah dari saluran pembuangan yang selalu menemani indra penciumannya.

Rumah Bang Jali berdiri tepat di depan kali pengairan sawah. | Dokumentasi pribadi
Rumah Bang Jali berdiri tepat di depan kali pengairan sawah. | Dokumentasi pribadi

Untungnya, kali di depan rumahnya itu tak pernah banjir kala musim penghujan tiba. Kalau hal itu sampai terjadi, makin ironis saja nasibnya. Semoga saja tidak.

Sebelum mendapatkan bantuan rumah swadaya dari pemerintah, Jali beserta istrinya, Tini, masih tinggal bersama orangtuanya. Karena tak punya lahan, ia mendirikan rumah di atas tanah sisa di belakang rumah orangtuanya itu.

Bang Jali tak memiliki pilihan lain sebab hanya di lahan sempit itu lah dirinya bisa mendirikan istananya sendiri. Jangankan memiliki tanah, mendapatkan pekerjaan untuk mengisi perut keluarga kecilnya saja ia sudah sangat kesulitan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun