Sebagai manusia yang memang bukan siapa-siapa, saya sangat percaya adanya keberuntungan. Bahwa, ia merupakan suatu hal yang kelewat sulit dikendalikan. Kompasiana Awards 2021 yang saya dapatkan adalah buktinya.
Lewat mekanisme yang sama sekali tak terduga, perjumpaan saya dengan blog terjadi pada tanggal 20 Maret 2020 lalu. Entah mengapa takdir seolah meggiring saya untuk memilih Kompasiana–yang sekaligus menjadi 'cinta' pertama saya.
Awalnya saya mendaftar di Kompasiana bukan untuk keperluan menulis pribadi, tetapi untuk keperluan publikasi kantor di mana saya bekerja. Lalu, lahirlah akun "kitarakyatjelata" di Kompasiana, yang kelak menjelma menjadi David Abdullah yang hanyalah seorang pegiat rebahan.
Sebelum mulai menggoreskan tulisan di rumah besar para penulis hebat ini, saya memang memiliki minat untuk menulis pada sebuah blog. Namun, saat itu, saya belum punya keberanian untuk menulis.
Saya sadar betul bahwa saya tak punya modal teknik olah kata yang mumpuni. Parahnya, nilai mata pelajaran Bahasa Indonesia ketika saya masih SMP dulu, paling mentok diganjar 70. Barangkali guru saya menyimpan dendam pribadi atau saya yang memang terlalu bodoh.
Saya bukan penulis sungguhan. Bukan seorang pujangga. Bukan pula seorang figur publik, apalagi artis. Label pegiat rebahan lah yang kiranya pantas untuk saya sematkan kepada diri saya sendiri lantaran memang bukan siapa-siapa.
Dalam ekosistem yang sangat egaliter ini, semua penulis mempunyai peluang yang sama guna mencicipi penghargaan. Siapa saja. Saya sendiri yang menjadi buktinya, meskipun dengan keahlian menulis yang amat pas-pasan atau cenderung hancur-hancuran. Anda pun bisa meraih prestasi seperti yang saya dapatkan, bahkan jauh melampauinya. Sing penting yakin, Gaes!
Kompasiana Awards dan Keberuntungan
Pada kolom komentar, saya menegaskan kepada penulis hebat pada kategori "Best in Opinion" di Kompasiana Awards 2021. Misteri yang membuat saya bisa terpilih jadi juara, adalah berkat keburuntungan.
Kepada Luna Septalisa, saya mengatakan bahwa barangkali saya tengah beruntung pada saat itu, tetapi tidak pada saat yang lain. Itulah yang menjadi faktor penentu mengapa saya sedikit lebih unggul dalam hal perolehan suara.