Mohon tunggu...
David Abdullah
David Abdullah Mohon Tunggu... Lainnya - —

Best in Opinion Kompasiana Awards 2021 | Kata, data, fakta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengapa Sebagian Orang Bisa Merasakan Firasat Kematian?

7 November 2021   12:56 Diperbarui: 12 April 2022   11:20 10565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahkan, sang orangtua dulu juga pernah tergelincir tatkala berkendara di tengah hujan hingga nyaris celaka. Terlebih lagi, kondisi di luar saat itu memang sedang hujan lebat yang disertai angin kencang.

Musim hujan, jelanan licin, korban jiwa, dan angin kencang. Informasi itu secara tak sadar diserap oleh otak orangtuanya lewat pengalaman serta aktivitas sehari-hari. Otak secara tidak sadar memproses seluruh potongan informasi yang lantas dijadikan gambaran utuh. Lalu, lahirlah apa yang kerap kita sebut sebagai firasat, intuisi, indra keenam, wangsit, atau apa pun Anda menyebutnya.

Sayangnya, firasat memiliki kelemahan. Lantaran tercipta dari potongan berbagai informasi yang diolah secara tidak sadar, hal itu menyebabkan firasat makin tidak akurat, alias tidak bisa untuk diandalkan. Level probabilitasnya pun sangat rendah.

Menurut contoh kasus di atas, bisa saja yang terjadi justru sebaliknya. Bisa jadi ternyata seluruh teman si anak kembali dengan selamat, dan apa yang orangtua sebut firasat ternyata tidak terbukti.

Faktor yang membuat firasat mereka jadi lemah adalah, sebab si orangtua mungkin melewatkan informasi bahwa lokasi yang akan dikunjungi teman anaknya ternyata tak dalam keadaan hujan. Informasi baru yang tak diketahui oleh sang orangtua itu yang menyebabkan firasatnya tak akurat.

Ada pun dalam pengelaman yang dialami oleh pengacara Vanessa bahwa fenomena yang dianggap firasat kematian tak dapat mewakili kenyataan yang sesungguhnya. Sebab, sebelum menemui maut, Vanessa menyebut bahwa dirinya trauma pergi ke Surabaya akibat ia sempat terjerat kasus.

Dari sana firasat Milano bermula. Sudah cukup jelas bahwa firasat yang dirasakan oleh si pengacara tidak berkaitan dengan insiden kecelakaan kliennya. Akan tetapi, mengarah pada trauma mengenai kasus yang pernah melibatkan Vanessa.

Firasat kematian yang pernah saya alami sendiri pun sebetulnya tak bisa mewakili realitas. Mimpi saya, yang mengisahkan bahwa saya akan menjadi seorang kepala keluarga, mungkin muncul lantaran saya berencana akan menikah pada waktu itu. Saking penginnya nikah sampai-sampai ide itu menyeruak ke alam mimpi.

Bagi yang pernah merasakan pengalaman serupa, tak ada salahnya Anda melakukan anilisis sendiri. Apakah firasat itu benar-benar murni berkaitan dengan terjadinya kematian, atau cuman kebetulan belaka? Atau jangan-jangan, firasat itu hanyalah manifestasi pengalaman diri Anda sendiri dan tidak berkaitan dengan orang lain.

Selain dikenal melalui berbagai istilah di atas, firasat kematian juga bisa dipelajari dengan teori prekognisi. Menurut bahasa, prekognisi memiliki makna: persepsi tak logis yang beranggapan bahwa seseorang bisa mempunyai pengetahuan mengenai sesuatu yang terjadi pada masa depan.

Sebagian besar prekognisi muncul akibat faktor keintiman atau ikatan emosional yang erat. Ada hasil riset yang menyebut, terdapat 80 hingga 85 persen prekognisi yang melibatkan pasangan, kerabat, atau teman. Sementara itu sisanya melibatkan kenalan biasa dan orang asing. Lazimnya terkait peristiwa buruk, seperti kematian, penyakit, kecelakaan, dan bencana alam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun