Dalam "Digital Activism Decoded, The New Mechanics of Change", Mery Joice memaparkan, aktivisme digital adalah berbagai macam usaha kolektif dalam menciptakan perubahan sosial/politik dengan memanfaatkan media digital.
Aksi itu akan memupuk solidaritas dan kepedulian netizen terhadap suatu isu melalui simbol-simbol seperti tagar di Twitter. Popularitas media sosial dapat membuat pesan-pesan aktivisme lebih mudah dijangkau banyak orang dalam tempo yang lebih singkat.
Jika diamati secara seksama, aktivisme digital semacam ini memang bertujuan untuk menyuarakan adanya perubahan sosial atau politik melalui pesan, petisi, atau donasi, dengan cara menunjukkan simpati dan bertujuan buat menggiring opini publik, khusunya para warganet.
Twitter menjadi ekosistem digital yang egaliter, yang memungkinkan berbagai golongan warga untuk mengorganisasi suatu gerakan. Sehingga, sejumlah aksi yang dimulai dari media sosial bersifat lebih cair dan lebih efektif menjangkau lebih banyak khalayak.
Dengan cara itu, mereka juga bisa lebih bebas dalam mengekspresikan opininya dan mendorong masyarakat lain untuk berinteraksi serta mengambil tindakan. Aksi-aksi yang awalnya terkesan receh, juga dapat bertumbuh menjadi gerakan yang berdampak pada kehidupan nyata.
Saat ini, aktivisme digital lebih mudah mencuri perhatian dari otoritas terkait yang benar-benar memicu perubahan, seperti pada sejumlah kasus yang saya paparkan di atas.
Sebelum lahirnya era digital, kita harus lebih dulu mengajukan laporan tiap kali merasa tidak puas dengan suatu hal. Itu pun tak ada jaminan pasti laporan akan diproses. Sekarang, jika sebuah isu atau kasusnya menjadi viral, bisa dipastikan efektivitasnya jauh lebih besar daripada sekedar mengisi formulir pengaduan.
Beracun Lewat Perundungan
Lebih populer dengan sebutan "mention confess" (menfess) atau auto base, Area Julid berperan menjadi perantara untuk para pengikutnya yang hendak bersuara tentang apa saja secara anonim.
Namun, ada kalanya Area Julid berubah menjadi toksik, yang mana ruang privat seseorang justru dibagi-bagikan tanpa izin. Nah, di sana lah anonimitas sering disalahgunakan guna menyerang pihak lainnya dan mengekspos hal-hal di luar konteks. Doxing pun sulit terhindarkan.
Orang yang bersembunyi di balik akun anonim cenderung merasa tidak harus bertanggung jawab atas perilaku buruk mereka, sebab tak akan ada orang yang akan mengetahui identitas asli mereka. Dampak hilangnya tanggung jawab itu, mereka akan lebih leluasa berkomentar dan bertindak sesuka hatinya.
Begitu kicauan menfess yang berisi aib seseorang viral lantaran mengandung sensasi dan emosi, para pengikut Area Julid akan segera berkomentar dengan standar kebenarannya masing-masing untuk memvalidasi tindakannya.