Bukan Area Julid namanya jikalau tidak jualan lidah alias julid, yang selama ini sudah menjadi karakteristik utamanya. Sifat anonimitasnya juga menjadi nilai tambah. Siapa saja yang hendak curhat, tidak usah takut diketahui identitasnya.
Sebab, tidak satu pun pengikutnya yang tahu siapa yang mengirim curhatan itu. Kamu lebih dulu harus mengirim pesan (DM) dengan kode tertentu agar semua curhatan Kamu bisa dipublikasikan.
Menurut analisis lewat jasa Twitonomy, ada rata-rata 14 kicauan setiap harinya yang diunggah oleh akun @AREAJULID. Dengan lebih dari 1,3 juta pengikut, tak berlebihan kalau menobatkan Area Julid sebagai akun yang amat berpengaruh di dunia Twitter. Setiap unggahannya bisa memicu ratusan, bahkan ribuan reaksi dari warganet. Popularitasnya pun kian meroket usai ia berhasil mendapat label verifikas biru pada bulan Juni 2021 lalu.
Twitter memang memiliki keunggulan dari segi kecepatan sirkulasi infromasi ketimbang media sosial lainnya. Tidak heran jika isu kekinian bisa lebih cepat beredar serta diburu oleh netizen yang budiman termasuk para pengikut setia akun Area Julid.
Berjasa Melalui Aktivisme
Selama ini esksitensi Area Julid menjadi medium alternatif dalam mengutarakan berbagai macam opini serta kegelisahan para pengikutnya. Beberapa netizen +62 yang menuntut keadilan juga sering kali bersuara dengan bantuannya.
Dis! Mau sampai berpa banyk korban lagi si kayak gini, benr bener harus di usut tuntas kayak gini pic.twitter.com/VK78jr8YnW--- AREA JULID (@AREAJULID) October 27, 2021
Sudah sangat banyak isu dan kasus yang telah dipopulerkan via Area Julid. Belum lama ini, ia pun turut mengkampayekan tuntutan keadilan dalam korupsi proyek jalan di Bengkalis, pelecehan seksual MS, dan kematian Gilang dalam Menwa UNS.
Pun sudah ada cukup banyak kasus yang secara tidak langsung dimenangkan oleh Area Julid. Konteks menang dalam hal ini adalah lahirnya upaya dari aparat terkait untuk mengusut atau memberi keadilan kepada pihak-pihak yang telah tertindas atau dirugikan. Padahal, kasus-kasus itu awalnya telah diabaikan atau mandek di tengah jalan tanpa kejalasan sama sekali.
Contoh, kasus pelecahan anak di bawah umur yang terjadi di Luwu Timur Sulsel yang dibuka kembali usai mendapatkan desakan kuat dari netizen +62. Ada pula kasus pelecahan seksual yang menimpa pekerja KPI berinisial MS yang akhirnya diusut lebih serius oleh aparat, lantaran memanen kritik dari pihak yang sama.
Aksi receh netizen lewat bantuan gawai dan jari-jemari itu dapat dikategorikan sebagai aktivisme digital. Desakan dari netizen berhasil menciptakan apa yang disebut sebagai delik viral, terminologi guna menyebut kasus yang baru diusut aparat penegak hukum kala sudah viral.