Mohon tunggu...
David Abdullah
David Abdullah Mohon Tunggu... Lainnya - —

Best in Opinion Kompasiana Awards 2021 | Kata, data, fakta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Area Julid, Antara Aktivisme dan Perundungan

30 Oktober 2021   11:28 Diperbarui: 30 Oktober 2021   11:32 2100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi aktivisme dan perundungan oleh Area Julid. | Ann Kiernan via Opendemocracy.net

Bukan Area Julid namanya jikalau tidak jualan lidah alias julid, yang selama ini sudah menjadi karakteristik utamanya. Sifat anonimitasnya juga menjadi nilai tambah. Siapa saja yang hendak curhat, tidak usah takut diketahui identitasnya.

Sebab, tidak satu pun pengikutnya yang tahu siapa yang mengirim curhatan itu. Kamu lebih dulu harus mengirim pesan (DM) dengan kode tertentu agar semua curhatan Kamu bisa dipublikasikan.

Analisis performa akun Twitter Area Julid @AreaJulid. | Tangkapan layar dari laman Twitonomy
Analisis performa akun Twitter Area Julid @AreaJulid. | Tangkapan layar dari laman Twitonomy

Menurut analisis lewat jasa Twitonomy, ada rata-rata 14 kicauan setiap harinya yang diunggah oleh akun @AREAJULID. Dengan lebih dari 1,3 juta pengikut, tak berlebihan kalau menobatkan Area Julid sebagai akun yang amat berpengaruh di dunia Twitter. Setiap unggahannya bisa memicu ratusan, bahkan ribuan reaksi dari warganet. Popularitasnya pun kian meroket usai ia berhasil mendapat label verifikas biru pada bulan Juni 2021 lalu.

Twitter memang memiliki keunggulan dari segi kecepatan sirkulasi infromasi ketimbang media sosial lainnya. Tidak heran jika isu kekinian bisa lebih cepat beredar serta diburu oleh netizen yang budiman termasuk para pengikut setia akun Area Julid.

Berjasa Melalui Aktivisme

Selama ini esksitensi Area Julid menjadi medium alternatif dalam mengutarakan berbagai macam opini serta kegelisahan para pengikutnya. Beberapa netizen +62 yang menuntut keadilan juga sering kali bersuara dengan bantuannya.

Sudah sangat banyak isu dan kasus yang telah dipopulerkan via Area Julid. Belum lama ini, ia pun turut mengkampayekan tuntutan keadilan dalam korupsi proyek jalan di Bengkalis, pelecehan seksual MS, dan kematian Gilang dalam Menwa UNS.

Pun sudah ada cukup banyak kasus yang secara tidak langsung dimenangkan oleh Area Julid. Konteks menang dalam hal ini adalah lahirnya upaya dari aparat terkait untuk mengusut atau memberi keadilan kepada pihak-pihak yang telah tertindas atau dirugikan. Padahal, kasus-kasus itu awalnya telah diabaikan atau mandek di tengah jalan tanpa kejalasan sama sekali.

Contoh, kasus pelecahan anak di bawah umur yang terjadi di Luwu Timur Sulsel yang dibuka kembali usai mendapatkan desakan kuat dari netizen +62. Ada pula kasus pelecahan seksual yang menimpa pekerja KPI berinisial MS yang akhirnya diusut lebih serius oleh aparat, lantaran memanen kritik dari pihak yang sama.

Aksi receh netizen lewat bantuan gawai dan jari-jemari itu dapat dikategorikan sebagai aktivisme digital. Desakan dari netizen berhasil menciptakan apa yang disebut sebagai delik viral, terminologi guna menyebut kasus yang baru diusut aparat penegak hukum kala sudah viral.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun