Mohon tunggu...
David Abdullah
David Abdullah Mohon Tunggu... Lainnya - —

Best in Opinion Kompasiana Awards 2021 | Kata, data, fakta

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Putus Nikotin, Gejala yang Bikin "Ahlul Hisap" Sulit Tobat

7 Oktober 2021   11:49 Diperbarui: 24 Maret 2022   01:46 1352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi berhenti merokok. | MarcBruxelle/ Getty Images

Bagi perokok, berhenti merokok tidaklah semudah menjetikkan jari-jemari. Akan timbul reaksi penolakan yang hebat tiap kali mereka mencoba untuk 'tobat'.

Ada ribuan artikel tentang cara berhenti merokok di internet. Larangan merokok pun bisa ditemui di mana-mana. Sanksi diberlakukan bagi mereka yang merokok di sembarang tempat. Berbagai macam penyakit akibat rokok pun sudah sering dikampanyekan. Gambar menyeramkan juga ditampilkan pada kemasan rokok.

Semua perokok juga sudah menyadari bahwa merokok merupakan kebiasaan yang berdampak fatal bagi orang yang berada di sekitar mereka.

Kendati begitu, perokok tidak kunjung mampu berhenti mengonsumsi rokok. Berdasarkan dari beberapa realita itu, menyingkirkan kebiasaan menghisap rokok memang bukan perkara mudah!

Di mana pun juru hisap berada, mereka akan selalu mencuri kesempatan untuk merokok, mulai dari di bandara sampai mal, tidak akan jadi penghalang. Akan selalu ada jalan menuju Roma. Pepatah yang secara psikologis diyakini jamaah "ahlul hisap" buat menemukan tempat agar bisa bebas ngudud sepuasnya.

Bahkan, saat tengah mengikuti acara di dalam ruangan sekalipun, mereka akan selalu mengintip celah agar bisa keluar, lalu mencari tempat untuk menghirup asap yang mengandung racun tersebut.

Yang lantas kerap menjadi malapetaka bagi para perokok, adalah saat mereka sedang berada di dalam sebuah gedung yang tidak menyediakan smoking room, sementara mereka tak mungkin keluar ruangan. Kondisi seperti itu akan amat menyiksa bagi kaum perokok. Saya pun sering mengalami penderitaan serupa.

Ya, berhenti ngudud menjadi tantangan tersendiri bagi "juru hisap", khususnya bagi perokok berat. Pasalnya, beberapa unsur dalam rokok dapat menimbulkan efek kecanduan. Yang selanjutnya akan memicu munculnya gejala yang sangat mirip dengan sakau setiap saat mereka mencoba berhenti menghisap rokok.

Sifat nikotin yang sangat adiktif, adalah salah satu alasan mengapa para perokok sulit menghentikan kebiasaan buruk itu. Gejala yang disebabkan oleh terhentinya pasokan nikotin ke dalam tubuh perokok itu disebut dengan istilah putus nikotin.

Itulah yang sering saya alami meskipun tidak termasuk perokok berat, yang bisa menghabiskan mencapai tiga pak rokok hanya dalam tempo sehari. Gejala putus nikotin tak hanya dialami perokok berat, yang termasuk dalam kategori perokok coba-coba pun mungkin saja menderita keluhan yang sama.

Tatkala saya mencoba melawan hasrat buat merokok, akan timbul penolakan hebat di dalam diri saya. Dorongan itu akan memaksa saya agar terus ngudud apapun situasinya. Ketika sedang sakit ringan (pilek) sekalipun, hasrat untuk merokok tetap menggebu-nggebu.

Apalagi, saya telah mulai merokok sejak di bangku SMA. Jika dihitung, sudah ada sekitar 13 tahun saya tergabung di dalam majelis "ahlul hisap". Hal yang awalnya masih dalam taraf coba-coba, sekarang menjadi kebiasaan yang sulit dihentikan.

Berbagai cara yang saya baca di internet sudah pernah saya terapkan, mulai dari menyibukkan diri, menjauhkan hal-hal yang berhubungan dengan rokok, hingga rutin berolahraga. Orang-orang terdekat bahkan sempat membantu agar saya bisa "tobat" nikotin dengan cara membuang rokok saya walaupun baru saja dibeli.

Namun, sayangnya, semua percobaan itu mengalami kegagalan. Lagi-lagi saya tak mampu buat membendung gejolak hebat guna menghisap kepulan asap tembakau.

Selama ini saya sudah terbiasa menulis untuk Kompasiana ditemani secangkir kopi dan beberapa batang rokok. Ketika saya berusaha 'tobat' merokok, pikiran saya secara mendadak mandek. Kinerja otak saya dalam menemukan ide serta meramu kata seakan-akan tersumbat.

Saya lantas berpikir, apakah kondisi itu sebagai imbas usaha saya buat berhenti merokok? Atau apakah situasi itu hanya sugesti yang kerap muncul karena saya meyakini kalau rokok bisa merangsang ide dan inspirasi dalam menulis?

Ternyata, asumsi tersebut salah kalau ditilik berdasarkan pendapat para ahli. Karena, faktanya, mereka yang bukan perokok sekalipun mampu menemukan ide tanpa harus merokok lebih dahulu. Selain itu, penyebab hilangnya ide juga dapat diakibatkan oleh faktor lainnya, seperti stres, masalah hidup, dll.

Suatu ketika, saya pernah berhasil tidak merokok selama dua atau tiga hari. Saya menganggap pencapaian itu keberhasilan lantaran selama ini saya memang belum pernah bisa menahannya lebih lama lagi.

Ya, hanya sebatas 3x24 jam saya mampu buat menahan gejolak menghisap rokok. Akan tetapi, tak lama berselang, muncul reaksi penolakan berwujud kegelisahan, kecemasan, serta gangguan konsentrasi. Beberapa orang bahkan bisa mengalami keluhan yang lebih parah seperti depresi, sakit kepala, mual, kesemutan, dll.

Lantaran tubuh sering terpapar nikotin, mereka merasa kesulitan guna berhenti merokok. Gejala penarikan nikotin juga akan menyebabkan sensasi tak nyaman.

Gejala penarikan itu akan muncul dalam masa 30 menit pasca tubuh terakhir kali terpapar nikotin, lantas bisa memuncak usai satu hingga tiga hari. Namun, akan menurun lagi selama tiga sampai empat minggu. Begitulah pemaparan para ahli dalam bidang kesehatan.

Adapun menurut laman American Cancer Society, berhenti atau mengurangi level konsumsi tembakau bisa menyebabkan gejala penarikan nikotin, baik dari fisik maupun mental. 

Secara fisik, tubuh kita bereaksi terhadap tidak adanya nikotin. Secara mental, kita dihadapkan dengan melenyapkan kebiasaan yang menuntut perubahan besar dalam perilaku.

Oleh karena itu, dalam tempo tiga hari setelah berhenti merokok, saya sangat menderita. Saya meyakini, perokok lain juga pernah mendapat pengalaman tak nyaman senada tatkala mencoba untuk berhenti merokok.

Bisa dipastikan, kegagalan saya dalam berhenti merokok disebabkan lantaran keinginan saya untuk tobat nikotin tak terlalu kuat. Semoga dengan terbitnya artikel ini, menjadi penyemangat bagi kaum perokok di luar sana, begitu pula saya sendiri, agar mencoba lebih keras lagi. Jauh lebih keras dari sebelumnya.

Semua cara yang disarankan oleh ahli kesehatan sesungguhnya sudah cukup ampuh jika diiringi dengan usaha yang sangat keras. Tidak ada yang mustahil asalkan ada keinginan yang kuat!

Efek candu rokok bisa membuat langkah berhenti merokok terasa jauh lebih sulit, tetapi bukan berarti tidak bisa dilakukan. Saya akan mulai mencoba kembali untuk berusaha berhenti merokok lewat sugesti tersebut. Anda pun sebaiknya melakukan langkah yang sama.

Bagi mereka yang kini masih penasaran dengan rasa rokok, saya ingatkan untuk tidak pernah sekalipun mencoba! Sebab, rasa penasaran itulah yang selanjutnya membuat Anda kecanduan nikotin. Tak cuman kesehatan taruhannya, kantong pun bisa sekarat akibat konsumsi rokok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun