Mohon tunggu...
David Abdullah
David Abdullah Mohon Tunggu... Lainnya - —

Best in Opinion Kompasiana Awards 2021 | Kata, data, fakta

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Putus Nikotin, Gejala yang Bikin "Ahlul Hisap" Sulit Tobat

7 Oktober 2021   11:49 Diperbarui: 24 Maret 2022   01:46 1352
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi berhenti merokok. | MarcBruxelle/ Getty Images

Tatkala saya mencoba melawan hasrat buat merokok, akan timbul penolakan hebat di dalam diri saya. Dorongan itu akan memaksa saya agar terus ngudud apapun situasinya. Ketika sedang sakit ringan (pilek) sekalipun, hasrat untuk merokok tetap menggebu-nggebu.

Apalagi, saya telah mulai merokok sejak di bangku SMA. Jika dihitung, sudah ada sekitar 13 tahun saya tergabung di dalam majelis "ahlul hisap". Hal yang awalnya masih dalam taraf coba-coba, sekarang menjadi kebiasaan yang sulit dihentikan.

Berbagai cara yang saya baca di internet sudah pernah saya terapkan, mulai dari menyibukkan diri, menjauhkan hal-hal yang berhubungan dengan rokok, hingga rutin berolahraga. Orang-orang terdekat bahkan sempat membantu agar saya bisa "tobat" nikotin dengan cara membuang rokok saya walaupun baru saja dibeli.

Namun, sayangnya, semua percobaan itu mengalami kegagalan. Lagi-lagi saya tak mampu buat membendung gejolak hebat guna menghisap kepulan asap tembakau.

Selama ini saya sudah terbiasa menulis untuk Kompasiana ditemani secangkir kopi dan beberapa batang rokok. Ketika saya berusaha 'tobat' merokok, pikiran saya secara mendadak mandek. Kinerja otak saya dalam menemukan ide serta meramu kata seakan-akan tersumbat.

Saya lantas berpikir, apakah kondisi itu sebagai imbas usaha saya buat berhenti merokok? Atau apakah situasi itu hanya sugesti yang kerap muncul karena saya meyakini kalau rokok bisa merangsang ide dan inspirasi dalam menulis?

Ternyata, asumsi tersebut salah kalau ditilik berdasarkan pendapat para ahli. Karena, faktanya, mereka yang bukan perokok sekalipun mampu menemukan ide tanpa harus merokok lebih dahulu. Selain itu, penyebab hilangnya ide juga dapat diakibatkan oleh faktor lainnya, seperti stres, masalah hidup, dll.

Suatu ketika, saya pernah berhasil tidak merokok selama dua atau tiga hari. Saya menganggap pencapaian itu keberhasilan lantaran selama ini saya memang belum pernah bisa menahannya lebih lama lagi.

Ya, hanya sebatas 3x24 jam saya mampu buat menahan gejolak menghisap rokok. Akan tetapi, tak lama berselang, muncul reaksi penolakan berwujud kegelisahan, kecemasan, serta gangguan konsentrasi. Beberapa orang bahkan bisa mengalami keluhan yang lebih parah seperti depresi, sakit kepala, mual, kesemutan, dll.

Lantaran tubuh sering terpapar nikotin, mereka merasa kesulitan guna berhenti merokok. Gejala penarikan nikotin juga akan menyebabkan sensasi tak nyaman.

Gejala penarikan itu akan muncul dalam masa 30 menit pasca tubuh terakhir kali terpapar nikotin, lantas bisa memuncak usai satu hingga tiga hari. Namun, akan menurun lagi selama tiga sampai empat minggu. Begitulah pemaparan para ahli dalam bidang kesehatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun