Mohon tunggu...
David Abdullah
David Abdullah Mohon Tunggu... Lainnya - —

Best in Opinion Kompasiana Awards 2021 | Kata, data, fakta

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

"Argumentum Ad Hominem", Sepercik Racun bagi Demokrasi

5 Juli 2021   12:56 Diperbarui: 5 Juli 2021   12:57 912
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lebih mirisnya lagi, mereka juga bahkan menyerang sisi pribadi mahasiswa, mulai dari IPK, idola, hiburan favorit, hingga unggahan terdahulu mereka.

"Ternyata kualitas mahasiswa UI seperti ini toh. Tidak berkualitas banget. Dari tahun ke tahun BEM UI kualitasnya menurun seperti ini. Itu ketua BEM-nya mahasiswa abadi, ya? IPK cumlaude 3,5 jadi asdos, tetapi tidak lulus-lulus," ucap salah satu netizen.

Tidak cukup hanya mengulik privasi dalam hal akademis, ada pula yang mengaitkan mereka dengan media sosial berbasis video dan gim yang tengah populer di kalangan remaja.

"Enggak ada geregetnya mahasiswa zaman sekarang. Kebanyakan main TikTok sama Mobile Legend," celoteh warganet yang lain.

Selain itu, ada pula yang menyinggung BTS dan Blackpink sebagai idola generasi milenial, dan hal-hal lain yang sejatinya tidak ada kaitannya sama sekali dengan kritik yang mereka kampanyekan.

Ilustrasi argumentum ad hominem. | sheepforcomics.wordpress.com
Ilustrasi argumentum ad hominem. | sheepforcomics.wordpress.com
Di hadapan metode berpikir, narasi semacam itu adalah manifestasi kesesatan logika (logical fallacy). Dalam bukunya "Dasar-Dasar Logika" (1999), E. Sumaryono mendefinisikan kesesatan logika sebagai proses penalaran atau argumentasi yang tidak logis, salah arah, sekaligus menyesatkan.

Kesalahan itu muncul akibat pemaksaan prinsip-prinsip logika tanpa memerhatikan relevansinya. Dalam dialektika argumentasi, malnutrisi logika itulah yang sering menyebabkan orang tersesat dalam metode berpikir.

Saat seseoramg tengah menderita defisit logika dan pengetahuan, lazimnya mereka akan meradang, kemudian melancarkan argumentum ad hominem.

Menurut Edward T. Damer dalam Attacking Faulty Reasoning, argumentum ad hominem merupakan serangan terhadap aspek pribadi individu sebagai strategi untuk mengabaikan atau mendiskreditkan argumennya.

Orang yang sudah terjangkit virus tersebut, tidak membedah argumennya melalui ide, tetapi justru menyinggung sisi personal dari lawan diskusinya.

Mereka menyerang kebenaran atas sebuah klaim dengan menunjuk sifat negatif orang-orang yang mendukung klaim itu. Sementara substansi dari diskusi justru diabaikan. Mereka akan selalu menganggap serangan aspek privasi itu sebagai sangkalan terhadap argumen.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun