Lebih mirisnya lagi, mereka juga bahkan menyerang sisi pribadi mahasiswa, mulai dari IPK, idola, hiburan favorit, hingga unggahan terdahulu mereka.
"Ternyata kualitas mahasiswa UI seperti ini toh. Tidak berkualitas banget. Dari tahun ke tahun BEM UI kualitasnya menurun seperti ini. Itu ketua BEM-nya mahasiswa abadi, ya? IPK cumlaude 3,5 jadi asdos, tetapi tidak lulus-lulus," ucap salah satu netizen.
Tidak cukup hanya mengulik privasi dalam hal akademis, ada pula yang mengaitkan mereka dengan media sosial berbasis video dan gim yang tengah populer di kalangan remaja.
"Enggak ada geregetnya mahasiswa zaman sekarang. Kebanyakan main TikTok sama Mobile Legend," celoteh warganet yang lain.
Selain itu, ada pula yang menyinggung BTS dan Blackpink sebagai idola generasi milenial, dan hal-hal lain yang sejatinya tidak ada kaitannya sama sekali dengan kritik yang mereka kampanyekan.
Kesalahan itu muncul akibat pemaksaan prinsip-prinsip logika tanpa memerhatikan relevansinya. Dalam dialektika argumentasi, malnutrisi logika itulah yang sering menyebabkan orang tersesat dalam metode berpikir.
Saat seseoramg tengah menderita defisit logika dan pengetahuan, lazimnya mereka akan meradang, kemudian melancarkan argumentum ad hominem.
Menurut Edward T. Damer dalam Attacking Faulty Reasoning, argumentum ad hominem merupakan serangan terhadap aspek pribadi individu sebagai strategi untuk mengabaikan atau mendiskreditkan argumennya.
Orang yang sudah terjangkit virus tersebut, tidak membedah argumennya melalui ide, tetapi justru menyinggung sisi personal dari lawan diskusinya.
Mereka menyerang kebenaran atas sebuah klaim dengan menunjuk sifat negatif orang-orang yang mendukung klaim itu. Sementara substansi dari diskusi justru diabaikan. Mereka akan selalu menganggap serangan aspek privasi itu sebagai sangkalan terhadap argumen.