Sebuah diskusi pun berkembang cukup hangat di linimasa, menyangkut versi kebenaran dari kedua belah pihak. Salah satu pihak merasa dilecehkan. Sementara pihak yang lain merasa didiskreditkan.
Agaknya kita semua sepakat bahwa pelecehan seksual tidak bisa dibenarkan dari sisi mana pun. Dari segi norma, pelakunya jelas tak beradab. Dari segi agama, dosa besar ganjaranya. Sementara dari segi hukum, termasuk tindak pidana.
Dalam kacamata hukum di Indonesia, dikenal asas praduga tak bersalah. Selama meja hijau belum mengetukkan palunya, para pelakunya belum bisa sepenuhnya divonis bersalah.
Sayangnya, asas tersebut acapkali menempatkan para korban pelecehan seksual dalam posisi yang dilematis. Kondisi itu diperburuk dengan adanya UU ITE yang justru kerap menghantui mereka.
Kasus pelecehan seksual seolah menjadi senjata makan tuan, yang justru bisa memenjarakan para korban, lantaran pengakuan mereka akan dinilai sebagai pencemaran nama baik oleh pelakunya.
Kesulitan dalam mencari bukti dan saksi, dianggap sebagai hambatan terbesar para korban pelecahan seksual jika perkara diangkat di meja pengadilan.
Hal itu yang pada akhirnya menyebabkan sebagian besar korban pelecehan seksual khawatir dan takut untuk melapor. Mereka lebih memilih untuk diam meratapi nasibnya sebagai perempuan sekaligus korban dari kebejatan pelaku.
Bahkan, tak jarang pula para korbannya sering dituding sebagai pemicu musibah yang menimpa diri mereka sendiri. Belum lagi mereka juga harus bertarung melawan trauma yang menggerogoti kesehatan psikologis mereka.
Di luar diskusi hangat yang berkembang, semoga setiap korban pelecahan segera memperoleh keadilan, dan setiap pelakunya diganjar vonis seberat-beratnya, sesuai hukum yang berlaku.
Si bad boy Gofar Hilman
Berbicara mengenai Gofar, ada satu temuan yang menarik dari cuitannya pada tahun 2010 silam. Ia lebih memilih menjadi "bad boy yang baik". Saya bingung, apa definisi dari istilah itu, karena sifatnya yang paradoksal.
Kalo disuruh pilih antara 'bad boy' or 'good boy', saya lebih baik memilih 'bad boy' yang baik :D--- Gofar Hilman (@pergijauh) October 5, 2010