Sudah kontroversial sejak dalam pikiran. Adagium yang mungkin pantas guna disematkan kepada ajang Piala Dunia 2022 di Qatar.
Sudah kontroversial sejak dalam pikiran. Betapa tidak, pada proses penetapannya sebagai tuan rumah, negeri petrodolar itu acapkali diwarnai oleh berbagai polemik dan kontroversi, bahkan hingga hari ini.
Secara iklim Qatar dianggap tidak cocok untuk menggelar ajang sepak bola akbar selevel Piala Dunia FIFA. Di samping itu, penetapannya juga dapat memicu efek domino bagi jadwal kompetisi di negara lain (baca: berantakan).
Sederhananya, penetapan Qatar untuk menyelenggarakan Piala Dunia adalah sebuah kesalahan besar. Sangat besar!
Aroma kongkalikong penunjukkannya pun semakin menguar ketika penegak hukum asal Amerika Serikat sukses mengungkap adanya praktik suap dalam memuluskan langkah Qatar menjadi tuan rumah.
Kala itu, Qatar menyingkirkan Amerika Serikat, Australia, Korea Selatan, serta Jepang dalam bursa pemilihan host Piala Dunia pada tahun 2010 silam.
Mantan presiden AFC, Mohammad Bin Hammam, dituding menjadi bohir atas terpilihnya Qatar. Dugaan suap semakin menguat lantaran dia berpaspor Qatar.
Nominal senilai sekitar 1,5 juta dolar AS disebut-sebut mengalir ke kantong para petinggi asosiasi sepak bola Afrika agar mereka mau memilih Qatar sebagai host.
Eks bos UEFA, Michel Platini, pun turut terciduk pada 18 Juni 2019 lalu lantaran terlibat dalam pemilihan Qatar sebagai tuan rumah ajang empat tahunan itu.