Warganet bahkan menyamakan laga itu layaknya duel antara pecatur pos ronda dan pecatur Grand Master. Keduanya bak bumi dan langit. Meski demikian, Dewa Kipas tak gentar untuk meladeni Irene.
Permainan ini berjalan dengan format empat babak catur cepat (rapid chess). Setiap babak berdurasi 10 menit, lantas dilanjutkan satu babak sudden death jika pada laga sebelumnya berjalan imbang.
Format tersebut dianggap cocok untuk dimainkan oleh keduanya. Sebab, catur cepatlah yang melambungkan Dadang alias Dewa Kipas pada situs chess.com.
Sayangnya, Dadang enggan melanjutkan laga saat sudah kalah telak 3-0 karena ia merasa "kapok" usai tidak satupun laga yang ia akhiri dengan kemenangan.
GM Irene bahkan nyaris 'tak berkeringat' untuk mengalahkan Dadang hanya dalam tiga babak berturut-turut. Namun, ia tak ingin menyepelakan lawannya.
Secara keseluruhan, sesuai prediksi saya, Dewa Kipas tak benar-benar memberikan perlawanan yang cukup sengit bagi sosok pecatur kelahiran tahun 1992 tersebut.
Blunder demi blunder dicatatkan Dadang hingga akhirnya berujung bendera putih. Banyak kesalahan yang seharusnya tidak dilakukan oleh pecatur jago sebagaimana permainannya dalam situs Chess.com.
Pada permainan catur, apalagi melawan seorang GM, blunder sekecil apapun bisa berakibat sangat fatal. Dan, itu terbukti dalam laga itu. Irene sudah mengajarkan kepada Dadang perihal bagaimana cara bermain catur dengan benar dan "jujur".
Meskipun unggul dalam segala hal, Irene menolak untuk meremehkan Dewa Kipas. Ia terlihat amat serius dalam memetakan setiap langkah buah caturnya.
Bahkan, pada awal-awal laga, ia tampak menyandarkan kepalanya dengan kedua tangan guna meningkatkan fokus dalam langkah yang akan ia eksekusi.
Sementara Dadang telihat begitu santai daripada sang lawan. Statusnya sebagai "pemain catur pos ronda" yang agaknya membuat ia tampil tanpa beban.