Mohon tunggu...
David Abdullah
David Abdullah Mohon Tunggu... Lainnya - —

Best in Opinion Kompasiana Awards 2021 | Kata, data, fakta

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Dilema Pecandu WhatsApp, Tetap Setia atau Migrasi?

14 Januari 2021   19:52 Diperbarui: 15 Januari 2021   08:18 1338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi WhatsApp. | BBC.com via Getty Images

Berdasarkan data dari We Are Social dan Hootsuite, kombinasi antara ketiganya mampu mengumpulkan sekira 5,7 miliar data pengguna. Angka itu setara dengan 75 persen populasi manusia di bumi! Saat ini Zuckerberg sudah menjelma menjadi penguasa tunggal media sosial sejagat.

Seluruh data yang telah mereka dapatkan lantas akan diolah menjadi sebuah sistem bernama "microtargeting". Singkatnya, sistem tersebut akan mengklasifikasikan individu menjadi beberapa kelompok.

Tujuan utamanya adalah supaya mereka bisa memberikan iklan yang disesuaikan dengan selera, kesukaan, serta perilaku kita di internet (personalized ads).

Terkait polemik aturan privasi mereka, WhatsApp menegaskan bahwa update akan berfokus pada layanan bisnis saja. Dengan kata lain, pesan personal di luar konteks bisnis tidak akan terdampak.

Meski kita terkesan dipaksa menyetujui untuk membagi data dengan Facebook, seluruh pesan masih tetap terenkripsi "end-to-end", baik WhatsApp ataupun Facebook tidak akan bisa mengaksesnya. Kira-kira demikian klarifikasi mereka.

Sejatinya, regulasi WhatsApp merupakan bentuk itikad baik daripada mereka harus diam-diam memakai data pengguna. Hal itu termasuk langkah formal dan normal untuk dilakukan di jagat internet.

Melalui "Privacy Policy" baru, WhatsApp mengklaim akan membuat pebisnis lebih mudah berinteraksi dengan konsumen mereka dan membuat UMKM memiliki layanan yang lebih mumpuni.

Bagi para pengguna Facebook, kebijakan semacam itu sejatinya bukan suatu hal yang mengejutkan. Sebelum WhatsApp meminta izin untuk berbagi data dengan perusahaan induknya, Facebook sudah membuat aturan yang sama sejak lama.

Langkah serupa, faktanya, juga diambil oleh media sosial lainnya. Selama ini kita tidak pernah khawatir ataupun keberatan mengenai hal itu. Lantas, mengapa kita mendadak cemas secara berjamaah saat WhatsApp menerapkan hal yang sama?

Kepanikan yang baru-baru ini muncul disebabkan oleh masifnya pemberitaan oleh media. Pasalnya, sesuai klarifikasi WhatsApp, mereka telah 'bermain mata' dengan Facebook sejak tahun 2016 lalu meski dilakukan secara terbatas.

Lantas, kini kita dihadapkan pada dua pilihan: migrasi atau tetap setia kepada WhatsApp?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun