Menggerus Kepercayaan
Orang bijak mengatakan, kepercayaan itu mahal. Jargon itu memang benar adanya. Tidak sebatas orang pacaran saja yang butuh kepercayaan, berteman juga perlu.
Kalau kamu terus-terusan biarin teman-temanmu nunggu dan kamu masih tetap memberikan alasan klasikmu itu, lama-kelamaan mereka nggak bakalan percaya lagi sama kamu. Serius!
Tak satupun orang yang mau terjerumus di lubang yang sama. Hus, otaknya nggak boleh travelling! Maksudnya, nggak ada orang yang mau dibohongi berkali-kali. Selain dicap sebagai orang yang nggak menghargai waktu, kamu juga bakalan dianggap nggak menghargai orang lain.
Setiap mau jalan mereka nggak akan lagi ngajak kamu. Teman-temanmu bakalan mulai mencari pengganti dirimu dengan orang lain yang dapat dipercaya, yang nggak sekedar janji-janji OTW doang!
Membudayakan Rasa Malas
Jimat OTW merupakan kampanye rasa malas terselubung. Kebiasaan itu akan membuat pelakunya terjatuh ke dalam lembah kemalasan yang teramat keji.
Salah satu pemicu pemakaian kata OTW ialah rasa malas yang begitu besar yang tengah menggerogoti jiwa dan ragamu. Ketika dirimu masih terbenam di dalam selimut, OTW lah yang lantas menjadi kambing hitam atas keterlambatanmu.
Dalam jangka panjang, kamu akan mulai terbiasa memakai alasan yang sama saat datang telat. Di saat itu pula kemalasan berevolusi menjadi kebiasaan, bahkan menjadi budaya bila dilakukan secara berjamaah dan kamu sebagai imamnya.
Produktivitas Menurun
Seluruh kegiatan yang mungkin sudah kamu susun sedari jauh-jauh hari akan berantakan jika kebiasaan ngaret dalam balutan OTW masih tetap berlanjut.
Berawal dari rasa malas yang kemudian membuat kamu datang terlambat dalam berbagai kesempatan pada akhirnya akan mempengaruhi produktivitas kamu.
Ngaret jelas menyebabkan kemunduran waktu, menjadikan kamu yang harusnya saat itu bisa menyelesaikan lima agenda, hanya menjadi tiga agenda saja. Seluruh target kamu pun terbengkalai begitu saja.