Barang bekas tak selamanya lebih murah. Jersey bekas pemain sepak bola, misalnya, yang justru makin mahal setelah terpapar keringat....
Kostum menjadi bagian tak terpisahkan dalam sepak bola, karena tidak seorang pesepak bola pun yang cukup gila untuk bertanding tanpa mengenakan busana.
Sebagaimana barang antik lainnya, jersey memiliki nilai historis yang menandai perjalanan klub sepak bola. Kemunculan kostum sendiri memiliki sejarah panjang, mulai dari era Victoria hingga masa kini.
Sepak bola modern secara global pertama kali dikodifikasi pada 1863 di London, Inggris. Awalnya, tidak ada peraturan khusus mengenai jersey pemain. Mereka bebas mengenakan kostum apapun yang dipadukan dengan topi, syal, atau ikat pinggang berwarna mencolok sebagai pembeda antar tim.
Dengan pesatnya kemajuan industri tekstil pada abad ke-19, kain katun terlahir dan mulai dipakai sebagai bahan utama jersey. Bobot kostum pun menjadi lebih ringan dan telah dilengkapi dengan kerah serta nomor punggung pemain.
Sekira tahun 1950, bahan sintetis ditemukan dan digunakan sebagai bahan pembuatan jersey sepak bola. Emblem, logo klub, serta model kerah V-neck pun mulai diperkenalkan. Hingga pada 1970, jersey replika mulai dijual kepada para penggemar.
Tak lama berselang, produsen sportwears mulai bermunculan seiring dengan pertumbuhan sepak bola di seluruh dunia. Lantas pada 1980, konsep sponsor yang tercetak di jersey digunakan untuk menunjang kegiatan operasional klub.
Sejak akhir abad ke-19, model jersey sudah banyak mengalami perubahan dan inovasi. Dari yang serba longgar dan tertutup pada masa awal, hingga serba mini di era 1960-an hingga 1990-an.
Setelahnya tren jersey kembali ke model longgar. Di era kejayaan pemain seperti Roberto Baggio dan Frank de Boer, jersey tampak kedodoran dibandingkan dengan era sebelumnya yang serba mini. Tren jersey lagi-lagi mengalami perubahan di era milenium yang umumnya menjadi slim-fit (ketat).