"I used to think that my life was a tragedy, but now I realize, it's a comedy." ~ Arthur Fleck (Joker)
Barangkali kutipan dari Arthur Fleck itu yang bisa mendeskripsikan situasi yang dialami Mesut Ozil di Arsenal kini, usai sang pelatih, Mikel Arteta, memutuskan untuk mendepaknya dari skuat Arsenal untuk ajang Europa League 2020/21.
Mantan asisten manajer Pep Guardiola tersebut mengungkapkan alasan di balik pendepakan Ozil adalah semata-mata karena faktor teknis. Arteta mengaku tidak bisa memaksimalkan kemampuan anak asuhnya itu di tim yang ia tangani.
Banyak pihak yang meragukan alasan Arteta, bahwa diusirnya Ozil dari skuat bukan menyangkut aspek teknis, tetapi karena eks gelandang Werder Bremen tersebut menolak pemangkasan gaji. Ia mengaku enggan jika gajinya harus dipotong tanpa adanya informasi yang jelas mengenai kondisi finansial klub.
Kini Ozil harus rela dirinya dikangkangi oleh pemain-pemain Arsenal lainnya, termasuk sejumlah talenta muda serta para pendatang baru–yang menurut saya kualitasnya masih jauh di bawah standar gelandang flamboyan semacam Ozil.
Ia bisa saja hengkang musim lalu. Akan tetapi, mantan penggawa timnas Jerman tersebut lebih memilih untuk bertahan meski dirinya mengaku kecewa karena cinta dan kesetiaannya tidak mendapat balasan yang setimpal dari klub yang ia bela selama tujuh tahun itu.
Situasi tersebut bisa memaksanya guna mengambil kesempatan pindah ke klub lain. Ozil mengaku telah mendapatkan kesempatan itu berulang kali, tetapi ia tolak karena kesetiaannya pada Arsenal.
Selain karena loyalitasnya, Ozil dikenal sebagai salah satu pemain yang gemar menyuarakan isu-isu sosial. Ia pernah mengecam tindakan diskriminatif Cina kepada umat muslim Uighur pada 2019.
Pria berdarah Turki itu juga seringkali melakukan aksi amal untuk perubahan sosial. Mulai dari berkunjung ke kamp pengungsian warga Syria sampai rela membayar gaji maskot Gunnersaurus yang dipecat sebagai dampak pandemi. Sikap mulia dan populisnya membuat nama Ozil harum di mata The Gooners.
Sebagai seorang imigran yang berhasil dalam dunia sepak bola, dirinya pernah meraih Bambi Awards pada 2010 karena dinilai pantas menjadi simbol integrasi sosial di Jerman.