Era baru industrialisasi dalam dunia sepak bola dimulai saat taipan Rusia Roman Abramovich mengakuisisi saham mayoritas klub raksasa Inggris, Chelsea, pada tahun 2003.
Dengan gelontoran dana tak terbatas itu Chelsea mulai berburu pemain bintang. Kebiasaan mantan klub Frank Lampard dalam membeli pemain mahal tersebut rupanya juga turut mendongkrak tren harga di bursa transfer.
Kondisi semakin diperburuk ketika Sheikh Mansour, melalui Abu Dhabi United Group, melebarkan sayap bisnisnya dengan membeli Manchester City pada tahun 2008. Saat itu, label pemain mulai meroket.
Tiga tahun berselang, harga pemain mencapai fase yang sangat absurd usai PSG diboyong Qatar Sports Investments yang diketuai oleh Nasser Al Khelaifi.
Bagi klub petrodolar tersebut, pemain dengan label harga di atas 50 juta euro terasa seperti menebus "tiket lotre". Puncaknya ketika Neymar direbut dari tangan Barcelona senilai 222 juta euro. Kemudian disusul mega transfer jilid kedua saat memboyong Kylian Mbappe senilai 145 juta euro dari AS Monaco.
Barcelona misalnya, harus merogoh kocek senilai 125 juta euro guna merekrut Ousmane Dembele dan Philippe Coutinho seharga 145 juta euro sebagai proyek pengganti Nyemar yang cabut ke PSG.
Klub-klub yang tahu Barcelona memiliki rekening gendut dari hasil penjualan Neymar tentu tidak akan menyerahkan pemainnya dengan harga murah.
Tidak berhenti sampai disitu, Antoine Griezmann juga dicomot dari Atletico Madrid dengan harga yang tak kalah tinggi, yakni sebesar 120 juta euro. Kehilangan ujung tombak, Atletico pun turut mencari suksesor Griezmann. Kemudian Joao Felix menjadi pilihannya dengan label 126 juta euro.
Sejumlah pemain yang saya sebutkan di atas adalah pemain yang berada di deretan 6 pemain termahal di dunia. Efek domino di bursa transfer itu nampaknya belum akan berhenti dalam waktu singkat.
Tuntutan untuk meraih prestasi secara instan akan mengakibatkan klub berbelanja pemain lebih banyak. Terlebih jika ditunjang dengan pendapatan klub yang juga meningkat. Sehingga pemain lulusan akademi mereka sendiri kerapkali mereka kesampingkan.