Mohon tunggu...
David Abdullah
David Abdullah Mohon Tunggu... Lainnya - —

Best in Opinion Kompasiana Awards 2021 | Kata, data, fakta

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Sang Penafsir Ruang Biang Kehancuran Total Barcelona

18 Agustus 2020   23:49 Diperbarui: 19 Agustus 2020   12:52 1471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Laga Bayern vs Barcelona di babak delapan besar Liga Champions 2019/20 | bavarianfootballworks.com

Pada Perang Dunia II (1939-1944), Jenderal Nazi, Heinz Wilhelm Guderian, sukses merebut wilayah Perancis dengan strategi Blitzkrieg yang bertumpu pada unsur kecepetan dan kejutan.

Serangan mendadak, cepat dan tak terduga akan membawa kekalahan yang telak di pihak lawan dengan tidak memberikan kesempatan apapun untuk mengorganisasikan pertahanan diri yang stabil. 

Strategi itu menempatkan tank sebagai striker utama dalam menggempur pertahanan lawan. Meski pada saat itu fungsi tank adalah sebagai altileri pendukung pasukan infantri, bukan ujung tombak serangan.

Guderian mendobrak tradisi militer dan berhasil menguasai Perancis hanya dalam tempo 5 minggu melalui taktik Blitzkrieg.

Delapan dekade berselang. Strategi yang sama diterapkan oleh Hansi Flick untuk meruntuhkan raksasa La Liga di babak delapan besar Liga Champions.

Superioritas Bayern pada laga itu adalah murni buah kejeniusan seorang Flick dalam meramu taktik yang dipadukan dengan filosofi Blitzkrieg ala Nazi Jerman yang mencoba melakukan serangan secepat mungkin saat bola berada dalam kendali mereka.

Ia menempatkan Muller sebagai tank di lini depan. Tak hanya membangun serangan, pemain timnas Der Panzer itu juga memiliki tugas merebut bola sesaat setelah rekannya kehilangan penguasaan bola atau pada saat Barcelona mulai membangun serangan.

Jika Sun Tzu berujar bahwa serangan adalah rahasia dalam pertahanan dan pertahanan adalah sebuah perencanaan serangan, maka Muller adalah serangan dan pertahanan yang berdiam dalam satu tubuh. Ia menyerang dan bertahan dengan sama baiknya meski kerap beroperasi di sepertiga akhir lapangan.

Muller bisa berada dimana saja dan kapan saja karena perannya yang unik itu. Menerapkan pola man to man marking pada Muller adalah sebuah kesalahan fatal. Selain itu, ia juga sangat sulit untuk dikawal.

Pada laga kontra Barca malam itu, Muller menegaskan pada dunia mengenai peran seorang Raumdeuter. Fleksibilitas dan pergerakannya sama sekali tidak mampu diprediksi oleh barisan pertahanan Barca. Ia menjadi awal kehancuran dari klub asal Catalan.

Total dua gol dan satu asis berhasil dicatatkan oleh pemain berusia 30 tahun itu. Pergerakan free roam-nya membuka borok dari barisan pertahanan Barcelona. Hanya dibutuhkan sepersekian detik bagi dirinya untuk menghilang dari kawalan pemain Barca dan muncul tepat dimana bola digulirkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun