Bilamana budaya pemain titipan semacam ini tetap dipraktikkan, akan berpotensi pada hal-hal sebagai berikut:
#1 Mematikan proses regenerasi
Adanya pemain titipan yang dipaksakan ke dalam skuad akan menyingkarkan pemain berbakat yang sesungguhnya. Pemain-pemain yang lebih berhak untuk lolos harus tergusur dan merelakan posisinya.
Proses seleksi pemain yang didasarkan pada level permainan, intelegensia, teknik, serta kemampuan pemain dalam memahami instruksi pelatih hanya menjadi formalitas belaka.
Melalui jalur "by pass" pemain titipan "mengencingi" sportivitas. Mereka akan melenggang mulus tanpa harus bekerja keras agar namanya terpampang di papan starting line-up.
Jika fenomena ini terus berlanjut, regenerasi pada level grass root pun akan mandek karena dijejali konflik kepentingan dan pemain titipan, bukan para pemain yang benar-benar memiliki talenta.
#2 Menurunkan performa tim
Mereka yang mendapatkan tempat di skuad tanpa harus "berdarah-darah" lebih dahulu akan berdampak pada performanya saat berlaga. Naluri berkompetisi mereka sudah luntur sejak dalam tahap seleksi.
Jalur "by pass" yang mereka tempuh menandakan bahwa mereka tidak memiliki sejumlah atribut yang diperlukan sebagai pemain hebat. Imbasnya, tim yang diperkuat oleh pemain-pemain semacam ini akan kehilangan determinasi dan semangat juang.
Padahal determinasi dan semangat juang itulah yang membuat sebuah tim memiliki mental juara. Hal yang sama juga mampu menyulap sebuah tim gurem menjadi kuda hitam yang menakutkan.
#3 Merusak harmoni skuad
Harmoni merupakan hal yang sangat penting untuk keseimbangan sebuah tim. Pasalnya, kekompakan antar pemain adalah modal utama bagi kesebelasan untuk mengarungi jadwal kompetisi yang ketat.
Sebagus apapun kualitas sebuah tim, tanpa harmoni kerja sama tim akan berantakan, hingga label juara pun akan sulit diraih. Setidaknya ada 2 faktor utama dalam membentuk harmoni, yakni kepercayaan dan komunikasi antar pemain.
Kehadiran para pemain titipan akan membuat para pemain yang telah berjuang dari bawah kehilangan kepercayaan kepada timnya maupun kepada dirinya sendiri. Selanjutnya akan merusak komunikasi antar pemain, begitu pula dengan harmoni skuad.