Pendeklarasian dirinya sebagai Capres AS terbilang cerdik dengan memanfaatkan momentum Hari Kemerdekaan AS pada 4 Juli.
Tak lama setelah ia mengunggah cuitan itu, CEO Tesla Elon Musk pun tak luput memberikan dukungan. Setidaknya kini Kanye telah memiliki satu miliarder sebagai bohir potensial untuk menyokong langkahnya di Pilpres AS November mendatang.
Suami Kim Kardashian saat ini memiliki lebih dari 29,6 juta pengikut di Twitter, angka itu 47% dari total perolehan suara Trump saat memenangi Pilpres AS 2016, yakni 62.9 juta suara. Jumlah itu tentu tidak bisa mewakili peta elektoral Kanye sebagi Capres. Namun, setidaknya Kanye sudah memiliki modal popularitas yang cukup masif.
Popularitas dalam jagat pertelevisian itu lah yang dinilai telah berjasa dan mampu memenangkan Trump sebagai presiden AS ke-45, selain karena faktor publik AS yang telah lama merindukan sebuah perubahan.
Namun, hingga kini belum jelas kendaraan politik yang akan digunakan Kanye jika ia memang benar-benar serius nyapres, apakah akan menjadi Capres jalur independen atau jalur partai politik–yang jelas bukan jalur giveaway.
Kehadiran Kanye dalam Pilpres AS akan mengubah atmosfer perpolitikan yang selama ini hanya dihiasi oleh para elite partai. Biden akan dibuatnya pusing karena jumlah suara dari warga kulit hitam akan berkurang. Sama halnya Trump, ia akan kehilangan salah satu pendukung setianya, yakni Kanye sendiri. Namun, ia juga diuntungkan dengan berkurangnya suara Biden atas kehadiran Lord Kanye.
Ada beberapa poin menarik yang bisa dijadikan indikator untuk mengintip peluang Kanye West menjadi presiden AS ke-46 berdasarkan situasi sosial dan politik Negara Adidaya itu saat ini.
#1 Popularitas Trump Menurun
Turunnya popularitas Donald Trump terjadi di tengah kontroversi yang melibatkan nama presiden AS ke-45 tersebut atas beberapa kebijakan politiknya.
Dalam jajak pendapat yang dilakukan Reuters-Ipsos terhadap kinerjanya sebagai presiden menunjukkan bahwa, 57% orang dewasa AS tak menyetujui kinerja Trump dan hanya 38% saja yang setuju.
Angka tersebut merupakan tingkat persetujuan terendah sejak November tahun lalu atau selama proses penyelidikan pemakzulan (impeachment) kepada presiden dari Partai Republik itu.