Mentalitas puzzle cewek itu tidak hanya berwujud sikap, tapi juga diwujudkan dalam kebiasaan mereka saat upload foto di media sosial. Hal itu pula yang dulu pernah menghantui pikiran saya tentang hobi cewek foto cuman separuh doang semacam puzzle mainan anak PAUD.
Sebagai cowok sejati yang pernah berpikiran motif hobi cewek foto separuh wajah adalah biar terlihat keren, nampaknya saya harus berpikir ulang, karena ternyata motifnya tidak hanya itu. Setidaknya ada 3 alasan yang saya pandang logis untuk menyingkap tabir puzzle foto cewek yang cuman setengah.
#1 Menyamarkan Kadar Ketembeman
Bagi seorang cewek, meskipun saya sendiri belum sempat menjadi cewek, gendut atau tembem ialah musuh segala kaum Hawa. Mulai dari mereka yang baru kenal skincare sampai emak-emak pengguna motor matic yang suka sign ke kanan namun belok ke kiri, tiada satupun yang demen dibilang tembem.
Sayangnya jalan ninja cewek untuk terlihat tirus itu tidak pernah termaktub dalam UUD 45 atau aturan Negara lainnya. Hal ini membuat para cewek merasa jalan ninja mereka tidak didukung oleh pemerintah.
Tak pelak, mereka pun harus memendam dalam-dalam keinginannya untuk mendesak pemerintah agar menyertakan skincare dalam layanan BPJS khusus untuk kaum Hawa di seluruh Indonesia.
Tuduhan tembem ini bahkan jauh lebih mengerikan daripada isu reshuffle Kabinet Indonesia Majunya Jokowi atau polemik RUU HIP dan PKS sekalipun. Kalau nggak percaya coba ditanyakan ke YBS, lebih mengerikan mana dibilang tembem atau isu-isu krusial tersebut.
Atas dasar itu, akhirnya lahir lah trend foto separuh untuk mengakomodasi hobi foto cewek agar tidak terlihat tembem dengan mengurangi porsi wajah--khususnya pipi--yang terlihat di kamera. Sehingga mahalnya harga skincare tanpa subsidi pemerintah juga tidak berakhir sia-sia.
Agar level kecantikannya makin paripurna, skill foto cewek yang awalnya hanya sebatas foto separuh wajah juga semakin ditingkatkan. Sebagai contoh, foto miring misalnya atau dibolak-balik angel-nya.
Bayangkan saja, sudah separuh wajah, pose miring, dibolak-balik pula. Kurang totalitas apalagi coba?