Tidak selamanya kekecewaan akan berakhir buruk, setidaknya itu berlaku bagi Paul dan Oliver Collyer yang mampu mengubah kekecewaan menjadi kisah kesuksesan.Â
Berawal dari rasa kecewa Collyer bersaudara saat memainkan gim, akhirnya pada tahun 1985 mereka memutuskan untuk membuat gim versi mereka sendiri dengan nama The Game. Setelah 6 tahun dikembangkan, lahirlah Championship Manager (CM) di konsol Amiga dan Atari.
Gim besutan dua bersaudara tersebut mengalami perkembangan pesat hingga akhirnya pada tahun 2004 Sport Interactive (developer) dan publisher Eidos resmi bercerai karena perbedaan ide dalam pengembangan gim.
Sport Interactive yang memiliki hak atas database dan match engine kemudian menggandeng Sega sebagai publisher dan mengawali lahirnya Football Manager (FM) 2005 secara perdana--yang saat itu hanya tersedia untuk platform PC.
FM menahbiskan diri sebagai gim simulasi manajer sepak bola terbaik di dunia menyisihkan sang mantan, Championship Manager, yang sebelumnya berhak atas merek dagang dan interface.
Bersama Sega, FM terus berkembang, seri terbaru FM 2020 dirilis pada 31 Oktober 2019 lalu yang sudah tersedia dalam versi PC maupun mobile.
Mulai dari memilih jenis latihan, mempersiapkan taktik dan formasi, mencari bakat pemain muda, hingga transfer pemain. Intinya, apa yang biasa dilakukan oleh manajer sepak bola di dunia nyata bisa dilakukan pula secara virtual di gim FM.
Lewat FM, kita bisa belajar istilah-istilah teknis yang yang sebelumnya belum pernah kita kenal. Misalnya peran pemain seperti inverted winger, trequartista, poacher, deep playing defender dan lain sebagainya.
Cesar Azpilicueta, Diogo Jota, Eliaquim Mangala, dan Antoine Griezmann adalah sederet pemain sepakbola top Eropa yang kecanduan bermain FM.
#Dampak buruk Football Manager