Mohon tunggu...
David Abdullah
David Abdullah Mohon Tunggu... Lainnya - —

Best in Opinion Kompasiana Awards 2021 | Kata, data, fakta

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Tagihan Listrik Meledak? Lakukan Hal Ini!

11 Juni 2020   00:15 Diperbarui: 11 Juni 2020   00:17 825
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Barangkali banyak diantara kita yang akhir-akhir ini merasakan tagihan listrik seakan terkena efek bom nuklir, meledak! Mbledos kalau kata orang Jawa.

Seiring diberlakukannya kebijakan PSBB dan anjuran untuk tetap tinggal di rumah, praktis semua aktivitas kita akan terfokus di dalam rumah. Akibatnya, beban pemakaian listrik pun turut membengkak.

Namun hal itu bukan satu-satunya biang kerok atas meledaknya tagihan listrik, kebijakan PLN untuk tidak menugaskan petugas pencatat meteran ke lokasi juga turut andil. Kedua faktor tersebut membentuk suatu reaksi fusi hingga menimbulkan ledakan.

Sebagaimana yang tertulis dalam artikel berjudul "Self Service Tagihan Listrik, Akal-akalan PLN?", polemik bermula ketika PLN meminta pelanggan berpartisipasi aktif dalam pembacaan meteran. 

Dengan dalih mengikuti anjuran pemerintah untuk tetap menerapkan social distancing, sehingga tidak memungkinkan bagi petugas untuk melakukan pengecekan langsung ke rumah pelanggan.

Yang semula pelanggan berharap akan memperoleh keringanan tarif listrik di saat krisis akibat pandemi, tetapi yang terjadi justru sebaliknya!

Sebulan yang lalu saya sengaja menunda membayar tagihan listrik setelah saya mengetahui nilai tagihan listrik menunjukkan nominal yang tidak lazim di M-Banking, dengan tujuan agar petugas pencatat meteran datang ke rumah untuk saya maki-maki wawancarai.

Tak berselang lama, petugas pun datang dengan maksud 'menagih' tunggakan listrik yang belum saya bayar selama 2 bulan. Kedatangan petugas tersebut juga seiring dengan perubahan kebijakan PLN untuk menerjunkan kembali petugas pencatat meteran setelah meraih kritik bertubi-tubi dari masyarakat.

Puluhan pertanyaan tajam saya lontarkan kepada petugas terkait meledaknya tagihan listrik yang saya alami. Saat itu saya juga melontarkan protes keras melalui email resmi PLN.

Jawaban yang saya dapatkan begitu normatif serta sudah bisa diprediksi sedari awal--yang mana tidak memuaskan hasrat saya. Nampaknya mereka sudah dibekali jawaban yang sama, bahwa tagihan listrik didasarkan pada rata-rata pemakaian pada bulan-bulan (3 bulan) sebelumnya.

Meskipun setelah saya kalkulasi, nominalnya tidak sesuai dengan rata-rata tagihan listrik bulan-bulan sebelumnya. Hal itu sekaligus membuktikan bahwa parameter yang dijadikan dasar penetapan tagihan liatrik oleh PLN patut dipertanyakan.

Baru saja, rekan kerja saya juga mengeluhkan hal serupa. Bahkan tagihan yang didapatkan lebih kejam lagi. Dengan pemakaian rata-rata Rp 800 ribu pada bulan-bulan sebelumnya, lantas pada bulan Mei tagihannya mengalami inflasi sebesar 250% atau di angka Rp 2 juta, mengerikan!

Pelanggan seringkali dirugikan karena tidak adanya mekanisme cashback atau ganti rugi atas kelebihan uang yang dibayarkan. Sehingga kini PLN memiliki tugas ganda, yakni memberikan efek kejut listrik pada peralatan elektronik sekaligus pada dompet para pelanggannya.

Kita tidak bisa sepenuhnya mengharapkan belas kasih dari PLN agar tagihan listrik kita bisa sejalan dengan kondisi dompet kita di tengah pandemi. 

Setidaknya kita bisa melakukan kiat-kiat khusus agar tagihan listrik kita sedikit lebih jinak dan bersahabat. Berikut kiat-kiat bijaknya:

#1 Hemat pemakaian lampu

Nyalakan lampu hanya pada saat benar-benar dibutuhkan saja. Selebihnya, manfaatkan sinar matahari sebagai sumber penerangan alami di siang hari.

Selalu matikan lampu saat sedang tidur dan sesaat setelah meninggalkan kamar atau ruangan yang tidak ditempati.

Ganti lampu yang lama dengan lampu hemat energi, taruhlah lampu led yang menggunakan daya lebih sedikit namun memiliki tingkat kecerahan yang jauh melibihi lampu pijar atau lampu neon dengan daya yang sama.

Cara tersebut sudah saya buktikan sendiri, dengan mengganti seluruh lampu rumah dengan lampu led hemat energi yang bisa menghemat tagihan listrik hingga 25% per bulannya.

#2 Cabut colokan dari soket

Cabut setiap colokan peralatan elektronik kita dari soket jika tidak sedang digunakan. Baik itu colokan charger gadget, laptop, perangkat komputer, TV, kipas angin atau peralatan elektronik lainnya.

Karena kebiasaan meninggalkan colokan peralatan elektronik dengan kondisi masih tertancap pada soket meskipun dalam keadaan mati atau stand by, masih akan memakan daya listrik.

Akhirnya listrik tetap mengalir melalui colokan peralatan elektronik yang berakhir sia-sia serta menambah beban tagihan listrik kita di akhir bulan.

#3 Ganti AC dengan kipas angin

Di negeri beriklim tropis akan sangat mustahil untuk hidup tanpa adanya pendingin udara, misalnya AC. Namun penggunaan AC akan memakan energi listrik lebih banyak daripada peralatan elektronik lainnya.

Manfaatkan kipas angin sebagai pengganti AC yang jauh lebih hemat energi. Selain itu, untuk menekan penggunaan listrik pada kipas angin seminimal mungkin, manfaatkan jendela kamar atau rumah sebagai sumber pendingin ruangan alami. Dengan adanya sirkulasi udara alami dari jendela tentu akan lebih menyehatkan, terutama di pagi hari.

#4 Matikan alat eletronik saat tidur

Hindari kebiasaan tidur dengan berbagai peralatan elektronik dalam keadaan menyala. Biasanya itu terjadi pada TV, lampu, serta charger gadget saat dalam proses pengisian.

Isi daya gadget pada saat terjaga agar kita bisa langsung mencabut colokan dari soket ketika baterai sudah terisi penuh. Sehingga penggunaan listrik tidak berakhir sia-sia.

Tertidur dengan terlalu banyak terpapar cahaya bisa mengganggu tidur yang sehat, bahkan meningkatkan risiko gangguan tidur dan masalah kesehatan lainnya.

Pastikan lampu dalam kondisi mati ketika sedang beristirahat. Selain bisa menghemat listrik, tidur dengan kondisi gelap juga bisa meningkatkan kualitas tidur yang lebih baik.

#5 Cuci dan setrika sekaligus banyak

Hindari mencuci pakaian yang dilakukan setiap hari karena akan membuat pemakaian listrik jadi boros. Untuk menghematnya, cuci pakaian sekaligus dalam jumlah banyak, cara ini sekaligus bisa menghemat tenaga kita.

Sesaat setelah selesai mencuci (basah), alih-alih menggunakan pengering mesin cuci, lebih baik gunakan pengering alami di bawah terik matahari.

Jika ingin menyetrika pakaian, cobalah sesuaikan tingkat panas dengan jenis kainnya. Jangan pasang panas yang terlalu tinggi. Akan lebih baik menyetrika dalam jumlah banyak untuk mengurangi intensitas penggunaan listrik.

#6 Matikan TV perbanyak interaksi

Sejalan dengan ditetapkannya anjuran untuk tetap tinggal di rumah, aktivitas menonton TV mengalami peningkatan sebagai salah satu hiburan pengusir kebosanan.

Akan lebih bijak dan hemat jika kita mengurangi intensitas menonton TV lalu menggantikannya dengan bercengkrama dengan keluarga.

Ditambah lagi, quality time bersama keluarga akan sulit didapatkan di hari-hari normal. Adanya interaksi yang lebih intens juga dapat mempererat keintiman antar anggota keluarga.

Interaksi sosial yang dibina dengan baik dalam suatu rumah tangga juga bisa menjadi hiburan tersendiri serta lebih menyehatkan daripada harus terpapar radiasi dari layar TV.

***
Semoga kiat-kiat bijak dalam menggunakan listrik diatas dapat membantu kita untuk berhemat guna menjaga daya beli kita lebih lama lagi. Karena kita tidak akan pernah tahu sampai kapan pandemi ini akan berakhir. Mudah-mudahan segera berakhir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun