Pengidap anti-sosial tidak memiliki rasa empati dan cenderung memanipulasi orang disekitarnya atau bahkan melakukan perilaku riskan yang berujung pada pelanggaran hukum tanpa alasan yang logis. Mereka juga tidak takut akan konsekuensi atas perbuatannya. Pengidapnya juga kerap dikaitkan dengan psikopat atau sosiopat.Â
Seseorang yang memiliki perilaku anti-sosial dan introvert memilik persamaan yang unik, mereka cenderung lebih suka menyendiri dibandingkan dengan berkumpul dengan banyak orang.
Dalam menghadapi pembatasan sosial berskala besar yang baru-baru ini diberlakukan pemerintah, kaum ansos adalah kelompok yang paling siap secara mental. Karena mereka lebih nyaman tinggal di dalam rumah atau kamarnya sendiri untuk meminimalisir interaksi sekaligus menghindari keterlibatan orang lain dalam rutinitasnya.
Bagi kaum ansos, isolasi diri atau karantina wilayah sekalipun, lebih terlihat seperti daily routine dibandingkan suatu kebijakan yang mengekang. Mereka tidak akan merasakan kejenuhan ataupun tekanan sebesar orang normal pada umumnya.
Kebalikan dari orang normal yang secara alami berorientasi pada dunia luar dan mendapatkan energi lewat interaksi sosial dengan banyak orang, kaum ansos justru mendapatkan energi dari stimulasi dalam kesendirian dan ketenangan batin, dan bukan dari dorongan faktor luar.
Saat di rumah sendiri, mereka merasa lebih bebas melakukan apapun yang mereka suka seperti mendengarkan musik, membaca buku, dan menulis, tanpa merasa bosan. Sehingga mereka menjadi lebih produktif dalam kesendiriannya.
Menjadi ansos tentu bukan solusi di tengah pandemi dan diberlalukannya PSBB, namun kita bisa meniru rutinitas positif yang dilakukan oleh kaum ansos agar tetap produktif.
Kita, bersama-sama, mampu keluar dari situasi sulit ini. Dan semoga pandemi segera berakhir.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H