Mohon tunggu...
David Abdullah
David Abdullah Mohon Tunggu... Lainnya - —

Best in Opinion Kompasiana Awards 2021 | Kata, data, fakta

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

3 Gangguan Mental Akibat Pandemi Covid-19

1 Mei 2020   21:01 Diperbarui: 1 Mei 2020   21:42 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(unsplash.com/claudioschwarz)

Pandemi Covid-19 berdampak secara sistemik dan multidimensional pada hampir semua lini kehidupan di bumi, tak terkecuali di Indonesia.

Setiap negara melalui otoritas masing-masing meminta rakyatnya untuk tetap di rumah, menjaga jarak secara fisik (physical distancing), sosial (social distancing) atau bahkan melakukan karantina wilayah (lockdown) untuk menghambat penyebaran Covid-19.

Beberapa kepala daerah pun sudah menetapkan status Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dengan landasan PP Nomor 21 Tahun 2020 tentang PSBB. Menteri Kesehatan turut menerbitkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 9 Tahun 2020. Bahkan pemerintah juga telah mengeluarkan larangan kepada seluruh masyarakat untuk melakukan mudik pada Idul Fitri 1441 Hijriah.

Sebagai upaya menghentikan laju penyebaran virus Corona, masyarakat diminta berdiam diri di rumah dan mengurangi kegiatan di luar rumah. Membatasi mobilisasi serta menjauhi kerumunan. 

Kesiapan mental dalam menghadapi krisis dan ketidakpastian tiap individu berbeda-beda. Hanya tinggal di rumah dalam waktu lama tentu berpengaruh pada kesehatan mental.

Berikut tiga gangguan mental yang mungkin diderita akibat Covid-19;

(unsplash.com/meganteboekhorst)
(unsplash.com/meganteboekhorst)
#1 Gangguan Psikosomatik (Psychosomatic)

Terus-menerus terpapar informasi simpang siur dapat membuat seseorang menjadi lebih mudah panik, cemas, dan stres. Psikosomatik adalah suatu gangguan dimana pikiran bawah sadar menghasilkan gejala fisik tanpa adanya penyakit. 

Kekhawatiran berlebihan mengenai virus corona dapat menyebabkan tubuh menciptakan gejala sakit yang mirip dengan gejala Covid-19. Akibatnya, mereka akan berpikir telah terinfeksi virus corona. Padahal sebenarnya gejala tersebut merupakan manifestasi dari rasa cemas berlebihan, bukan akibat terinfeksi virus.

(unsplash.com/nikshulaihin)
(unsplash.com/nikshulaihin)
#2 Gangguan Kecemasan (Anxiety Disorders)

Anxiety disorders adalah keadaan dimana seseorang mengalami gangguan kecemasan saat merespons suatu objek atau situasi, dalam hal ini kecemasan berlebihan tertular Covid-19. Akibat anjuran untuk tetap tinggal di rumah, banyak masyarakat mulai merasakan kejenuhan karena tidak dapat melakukan rutinitas normal.

Meningkatnya jumlah penderita Covid-19 dan maraknya berita hoaks yang beredar di media sosial disinyalir semakin meningkatkan kecemesan berlebihan pada masyarakat. Sehingga dapat menyebabkan sistem imun menurun dan semakin rentan tertular Covid-19.

(unsplash.com/claudioschwarz)
(unsplash.com/claudioschwarz)
#3 Gangguan Obsesif Kompulsif (OCD)

OCD adalah ketakutan yang berlebihan dan konstan terhadap sesuatu sehingga memicu untuk melakukan hal secara repetitif. Sesuai dengan anjuran mencuci tangan yang diliputi ketakutan tertular Covid-19 dan dilakukan berulang-ulang. Selain itu, pengidap juga mempunyai kecendrungan untuk membersihkan rumah dan lingkungan secara terus-menerus, karena dihinggapi ketakutan yang berlebihan bahwa virus Corona bisa berada dimana saja dan dapat menular kapan saja.

Kebiasaan dan ketakutan yang konstan tersebut juga akan menurunkan tingkat kepercayaan kepada orang-orang disekitarnya, karena bisa jadi mereka mempunyai potensi untuk menularkan Covid-19 kepada dirinya.

Lantas apa yang harus kita lakukan agar terhindar dari ketiga gangguan mental tersebut?

Biasakan pola hidup sehat, tidur yang cukup dan makan makanan yang bergizi. Olahraga teratur, mencari kesibukan yang produktif, membaca buku, dan mononton film. Tetap berpikiran positif dan selalu menjaga silaturahmi dengan keluarga serta teman lewat telepon atau media sosial juga sangat efektif dalam meredam dampak negatif secara psikologis.

Perkuat imun dan iman. Memperkuat iman dapat meningkatkan imunitas tubuh dari serangan virus. Begitu pula sebaliknya, imunitas yang kuat akan meningkatkan keimanan pada seseorang.

Menyadari bahwa kita tidak sendirian dalam menghadapi krisis juga dapat meringankan situasi yang penuh tekanan serta tanamkan keyakinan bahwa kita bersama-sama bisa keluar dari situasi sulit ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun