"Segala bentuk kekerasan yang dilakukan oleh pasangan #BukanSayangNamanya.Â
Cerita2 di video ini mungkin bisa menggambarkan what it feels like to be in toxic relationship..." - tulis Hannah Al Rasyid dalam utas yang dibuatnya di Twitter pada Sabtu lalu (14/2).Â
Tepat di hari kasih sayang, Hannah bersama para influencer lainnya seperti Stephany Josephine (@teppy87), Ligwina Hananto (@mrshananto), dan Kristo Immanuel (@kristoimmanuel) meramaikan tagar #BukanSayangNamanya di Twitter. Dalam tweet-nya, mereka juga membagikan video berdurasi 2 menit yang berisikan kisah para penyintas kekerasan. Hal ini bertujuan untuk menyadarkan publik akan bahayanya kekerasan dalam hubungan atau toxic relationship yang seringkali dibalut dengan alasan cinta. Selain itu, ini juga bagian dari gerakan KawanPuan, program solidaritas berbentuk urunan dana untuk membantu pemulihan para korban kekerasan.
Hannah membagikan data yang ia dapat dari Catatan Tahunan (Catahu) Komnas Perempuan melalui cuitannya. "Sebelum share my own story, I wanna share some stats with you first (dari Catahu @KomnasPerempuan 2020) 75% kasus kekerasan terjadi di ranah personal. #BukanSayangNamanya", ungkap Hannah.Â
"Dari Pelaku Kekerasan Seksual Ranah Personal, yang paling tinggi adalah Pacar. What this data says to me is that anak muda are super vulnerable makanya speaking about this issue and knowing red flags in a relationship are so important.", lanjutnya.
Adapun salah satu cerita datang dari Intan (nama samaran) yang diancam oleh kekasihnya kala itu akan dibakar rumahnya jika memutuskan hubungan. Ancaman tersebut dihiraukan Intan karena menganggap kekasihnya tidak mungkin melakukan hal tersebut. Sampai suatu pagi, tetangga Intan menyampaikan bahwa saat malam di sekitaran rumahnya tercium bau bensin.
"Aku hampir dipecat dari perusahaan karena setelah satu bulan putus, dia dateng buat onar di kantor", ungkapnya.
Intan dan para penyintas lainnya juga menjelaskan bagaimana perjuangan mereka untuk dapat lepas dari situasi tersebut tidaklah mudah dan menghimbau masyarakat untuk mencari pertolongan jika mengalami kekerasan dalam hubungan. "Yang harus teman-teman tau kalau cinta itu nggak kayak gitu. Carilah pihak luar sebanyak-banyaknya. (Untuk teman-teman korban) ajaklah ngobrol, supaya kita (para korban) bisa sadar akan situasi yang sebenarnya terjadi.", jelas Raya (nama samaran), salah satu penyintas.
Masyarakat juga dapat terlibat memberikan dukungannya dalam bentuk donasi melalui kitabisa.com/kawanpuan. Bekerja sama dengan sejumlah LSM dan LBH, hasil donasi akan digunakan untuk membantu pemulihan atau advokasi bagi perempuan maupun kelompok lainnya yang menjadi korban kekerasan. Hingga kini donasi yang terkumpul mencapai lebih dari 90 Juta Rupiah.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H