Mohon tunggu...
Reval ChristianSitorus
Reval ChristianSitorus Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis

Menulislah selagi engkau Muda

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Membumikan Pancasila di Era Globalisasi

26 Oktober 2022   17:05 Diperbarui: 26 Oktober 2022   17:08 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pancasila adalah ideologi dan falsafah hidup bangsa Indonesia. Pancasila lahir dari kesepakatan politik, budaya dan agama. Jadi pancasila itu sifatnya ideal paripurna, tidak bisa ditawar-tawar lagi. Keberadaan pancasila memberikan nilai mengenai pentingnya keragaman di Indonesia. Keragaman agama terutama mesti disikapi dengan terbuka, saling toleran dan menjaga kerukunan. 

Dalam konsep pluralisme agama (toleransi) mestinya yang paling utama adalah mengedepankan kepentingan sosial-kemasyarakatan, bukan berdasar keyakinan. 

Dengan demikian pancasila mestinya menjadi landasan teologis bagi agamaagama, tujuannya untuk menjaga sikap saling menghargai perbedaan. menjaga kesantunan dan keramahan dalam kehidupan sosialkeagamaan. Selain itu, dengan kesadaran beragama serta berpancasila visi kebangsaan akan tewujud secara kolektif melibatkan semua elemen bangsa.

Secara historis Pancasila lahir sebagai Ideologi bangsa yang diambil dari nilai-nilai kearifan lokal yang tumbuh dan kembang di Indonesia. Pancasila sebagai ideologi bangsa memiliki nilai nilai yang diimplementasikan dalam kehidupan. Pancasila tidak muncul dari ruang hampa, tetapi digali dari nilai-nilai dan pandangan hidup bangsa Indonesia. 

Sebagai ideologi yang bersumber dari nilai-nilai dan pandangan hidup bangsa Indonesia, pancasila harus dihayati dengan khidmat dan diimplementasikan secara substantif  untuk meraih cita cita bangsa Indonesia; memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa , dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan , perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Secara filosofis, ideologi Pancasila sudah mencapai titik finalnya . artinya rumusan Pancasila merupakan rumusan yang paling ideal dan paling sesuai dengan kondisi bangsa Indonesia yang multikultural dan berbhineka dalam suku, agama, ras dan Antargolongan (SARA). 

Meski demikian, ideologi Pancasila tetap saja berada dalam tantangan yang berat. Tantangan utama ketahanan ideologi Pancasila, bukan saja datang dari penyokong ideologi yang bertentangan seperti komunisme, melainkan juga datang dari para pendukungnya sendiri yang tak menghayati nilai-nilai Pancasila secara konsisten. 

Tantangan lainnya adalah semakin banyak warga masyarakat yang terhanyut arus globalisasi sehingga cenderung menghayati gaya hidup liberal seraya meninggalkan nilai-nilai Pancasila. Berhadapan dengan tantangan yang besar demikian, sudah semestinya seluruh warga bangsa Indonesia tak boleh diam, berpangku tangan saja Sebaliknya, mereka harus berusaha untuk semakin membumikan Pancasila melalui beberapa upaya nyata sebagai berikut. 

Pertama, Seluruh warga bangsa Indonesia harus meyakini bahwa kebhinekaan adalah sebuah realitas; hadiah dari sang maha Pencipta. Kedua, seluruh warga bangsa Indonesia harus menjadikan nilai-nilai Pancasila sebagai filter untuk menyaring segala hal yang masuk dari luar namun tak selaras dengan nilai-nilai Pancasila. Ketiga, seluruh warga bangsa Indonesia juga perlu melalui berbagai cara memperkenalkan dan membuktikan kepada bangsa-bangsa lain di dunia bahwa (1) Pancasila mengandung nilai-nilai universal; dan (2) Pancasila adalah ideologi yang dapat diadopsi dan oleh bangsa-bangsa di dunia guna membangun dunia yang lebih beradab, damai dan sejahtera. Artinya, Pancasila adalah sumbangan bangsa Indonesia bagi dunia, demi terciptanya dunia yang lebih manusiawi.

Di era globalisasi, upaya implementasi nilai-nilai Pancasila menjadi tantangan tersendiri akibat derasnya arus informasi yang mengalir melalui teknologi informasi yang begitu cepat berkembang. Informasi yang didapatkan kerap kali bermuatan ideologi yang dapat merongrong nilai-nilai dan pandangan hidup bangsa Indonesia yang tertuang dalam Pancasila. 

Globalisasi memungkinkan hilangnya nilai budaya, degradasi nilai-nilai kebangsaan, turunnya rasa nasionalisme dan jiwa patriotisme, bahkan hilangnya semangat gotong-royong yang merupakan ruh dari ideologi bangsa yaitu Pancasila. 

Saat ini, tak jarang terjadi aksi-aksi terorisme, intoleransi, dan kekerasan berbasis agama, ras, dan budaya seperti peristiwa perusakan rumah ibadah. Fenomena tersebut merupakan sedikit contoh dari ancaman arus globalisasi, yang menyebabkan degradasi nilai-nilai kebangsaan dan turunnya rasa nasionalisme dan patriotisme.

Memperbincangkan Pancasila tidak hanya sekadar menempatkan Pancasila pada ruang hampa yang penuh dengan indoktrinisasi yang tak memiliki makna. Nilai Pancasila merupakan nilai abstrak yang perlu diformulasikan dalam tataran kehidupan praksis, sehingga nilai Pancasila tak sekadar melangit tapi membumi. 

Nilai dasar Pancasila perlu dibumikan sehingga jelas arah pijakan kehidupan berbangsa dan bernegara. Banyak artikel yang menggunakan istilah yang sepadan dengan kata "membumikan" yakni: aktualisasi atau implementasi Pancasila. 

Istilah apapun yang akan digunakan tergantung cara memaknainya seperti apa, sebab semua istilah memiliki makna yang sama yakni bagaimana nilai Pancasila itu dapat diresapi dalam hati dan diwujudkan dalam tindakan. Istilah "membumikan" nilai Pancasila penulis gunakan untuk memaknai nilai Pancasila dalam konteks kehidupan sosial bangsa dan negara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun