Mohon tunggu...
Kit Rose
Kit Rose Mohon Tunggu... -

Mawar Hitam. Arema 60th.\r\nDid you know about this and that? Well I want to know.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

"Sebuah Kisah Untuk Renungan Menjelang Tahun Baru"

19 Desember 2011   00:16 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:05 678
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku pergi ke pesta dan ingat pesan darimu. Kau memintaku untuk tidak minum alkohol. Jadi aku minum ‘kopi’. Aku merasa bangga pada diriku sendiri, seperti yang kau bilang aku harus merasakan hal itu. Kau bilang aku tidak boleh minum sambil mengemudi, bertentangan dengan apa yang dikatakan beberapa teman padaku. Aku membuat pilihan sehat dan saranmu benar, seperti semua yang selalu kau berikan padaku.

Ketika pesta akhirnya usai, orang-orang mulai berkendara. Aku pergi ke mobilku dengan keyakinan bahwa mereka akan kembali pulang dengan selamat. Aku tidak pernah membayangkan apa yang menantiku, Ibu. Sekarang aku berbaring di jalan dan mendengar polisi berkata:

“Anak yang menyebabkan kecelakaan ini sedang mabuk.”

Ibu, suaranya kedengaran begitu jelas. Darahku tumpah di mana-mana dan aku sedang berusaha sekuat tenagaku untuk tidak mengeluh. Aku bisa mendengar para dokter berkata:

“Gadis ini akan meninggal.”

Aku yakin bahwa pemuda itu, yang mengemudi dengan kecepatan penuh, telah memutuskan untuk minum sambil mengemudi dan sekarang aku harus mati. Mengapa orang-orang melakukan ini Bu? Mereka tahu bahwa hal itu akan menghancurkan banyak kehidupan.

Luka ini rasanya seperti ratusan pisau menyayatku. Beritahu Kakak untuk tidak menangis, beritahu Ayah agar kuat. Dan saat aku ke surga, aku akan mengawasi kalian semua. Seharusnya ada orang yang mengajarkan pada anak itu bahwa minum sambil mengemudi itu salah. Andai saja kedua orang tuanya mengatakan hal itu, aku tidak akan sekarat sekarang. Nafasku mulai lemah dan semakin lemah.

Ibu, ini adalah saat-saat terakhirku dan aku merasa begitu putus asa. Aku berharap aku bisa memeluk Ibu, sedangkan aku sedang berbaring di sini sekarat. Aku berharap bisa mengatakan padamu betapa aku mencintaimu Ibu. Jadi… Aku cinta… padamu… selamat tinggal…

(Artikel ini ditulis oleh seorang reporter yang menyaksikan kecelakaan itu. Gadis itu, saat dia meninggal mengatakan hal ini dan reporter itu menulisnya. Sangat kewalahan. Jurnalis mulai meng-kampanyekan hal ini, jika anda membaca catatan ini, silahkan klik “bagikan”, maka lebih banyak orang akan peduli. Oleh karenanya, saya mohon satu gerakan kecil, kirimkan ke teman, keluarga dan orang-orang yang dicintai)

Oleh : Gene Martin

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Kisah ini saya dapatkan dari teman di facebook bernama Wendy Holman, Calgary, Alberta, dengan link kisah :

https://www.facebook.com/photo.php?fbid=257283787669734&set=a.133178496746931.25983.100001643457239&type=1&ref=nf

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

“Benar tidaknya kisah ini tidaklah penting, yang perlu kita ambil adalah, | sebaiknya jangan minum alkohol,,, sambil apapun |”

----------

Untuk Mas Anto, ‘sesuatu’ sudah saya ganti dengan ‘kopi’, jadi tidak ada promo product di sini, wek.^_^.

----------

Untuk teman-teman, ada beberapa hal yang menarik perhatian saya dari post yang saya dapatkan ini, maka saya re-post di sini. Kalau salinan kisah ini termasuk plagiat, mohon maaf, tapi saya sudah ijin Mas Wendy sebelum posting. Mohon maaf jika penerjemahannya belepotan.^_^.

Gambar diambil dari postingan asli.

Selamat hari Senin yang indah. Bahagia selalu.

Salam sayang,

Kit Rose

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun