"Aku tidak tahu lagi harus berkata apa Nini."
"Mas, sudah satu tahun tidak ada penyelesaian dari Bima. Aku tidak bisa memaksanya karena kondisinya memang tidak memungkinkan. Dari pada terus menunggu, lebih baik kita berbuat sesuatu."
"Harusnya Bima yang berangkat."
"Sudahlah Mas, kita tidak usah lagi membahas kesalahan orang lain. Kita benahin saja diri kita sendiri. Lagipula yang dibutuhkan di perkebunan itu kan perempuan, jadi mana bisa Mas yang berangkat?"
Puniawati tersenyum menenangkan, membiarkan suaminya berlalu dan kembali menekuni perjalanan batinnya. Ditatapnya kepulan asap terakhir lalu membiarkan jemarinya menari diatas papan berhuruf di depannya, menaburkan bait kehidupan dan perjalanan. Menuang kegelisahan malam.
~~~ *** ~~~
disana sudah tertera gelombang biru dan mendungnya
disana sudah tercatat cerah dan hujannya
dari rincian musim dan noktah
dan disana kau
ada