Contohnya tumbuhan sebagai sebuah system fisis yang terbuka, tumbuhan mengkonsumsi energy  dan mineral dari system fisis eksternal yaitu lingkungan sekitarnya.Â
Dengan cara ini tumbuhan menciptakan struktur dengan derajat keteraturan yang lebih tinggi  dalam bentuk buah-buahan. Demikian pula seorang tukang bangunan mengkonsumsi energy dan material untuk membangun bangunan. Dalam dua contoh itu terjadi pengurangan entropi.Â
Namun karena kedua proses tersebut mengkonsumsi energy dan material dari luar, maka entropi system fisis eksternal akan mengalami penambahan entropi, sebab semakin terjadi ketidakteraturan. Hukum entropi mengatakan bahwa apabila system internal dan eksternal digabungkan, jumlah total entropi harus terus meningkat.Â
Dengan demikian hukum entropi tetap absah. Jadi kalau semisal dua Divisi/bidang di gabung, jumlah total entropi pasti meningkat ya, tidak boleh tidak, kecuali kalau di buat-buat datanya hehe.
Bangunan memiliki laju entropi yang lebih tinggi dibanding mineral di perut bumi. Sebab fakta menunjukan bahwa buah busuk dalam beberapa hari setelah dipetik, bangunan rusak setelah beberapa puluh tahun, dan mineral berubah setelah ribuan tahun. Inilah Hakikat sebuah entropi.
Kehidupan yang berstruktur mempertahankan dirinya dengan mengkonsumsi energy berentropi rendah dan mengubahnya menjadi berentropi lebih tinggi plus kenikmatan hidup.Â
Tumbuhan menyerap energy dari mineral dari dalam tanah yang berentropi rendah untuk menghasilkan daun segar dan buah. Kemudian kita memakannya dengan entropi yang lebih tinggi sebagai sumber energy. Ini berjalan alamiah.Â
Bila prinsip ini terganggu misalnya manusia menggali tambang secara membabi buta maka tanah akan rusak, tak ada tanaman yang bisa tumbuh di sana, maka akhirnya rusaklah lingkungan dan manusia menderita. Sama dengan organisasi kita jika tidak dikelola dengan prinsip pembangunan berkelanjutan (entropi rendah) maka kita bisa menebak hasil akhirnya. (KIS)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H