Ki Hajar Dewantara
Maraknya tingkah laku agresif dan negatif akhir-akhir ini yang dilakukan pelajar (bahkan juga antar mahasiswa) merupakan sebuah kajian yang menarik untuk dibahas. Perkelahian antar pelajar yang pada umumnya masih remaja sangat merugikan dan perlu upaya untuk mencari jalan keluar dari masalah ini atau setidaknya mengurangi. Belum lagi masalah penyalahgunaan penggunaan narkoba maupun konsumsi minuman keras. Perkembangan teknologi yang terpusat pada kota-kota besar mempunyai korelasi yang erat dengan meningkatnya perilaku agresif yang dilakukan oleh remaja kota.
Betapa menyedihkannya situasi pendidikan negara kita. Bayangkanlah bersama, seorang pelajar dengan bangga membawa clurit dan melukai orang lain hingga meninggal. Pantaskah ia disebut orang terpelajar atau berpendidikan?
FAKTOR PENYEBAB
Ada dua faktor penyebab terjadinya tawuran antar pelajar yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Yang dimaksud dengan faktor internal di sini adalah faktor yang berlangsung melalui proses internalisasi diri yang keliru oleh remaja dalam menanggapi miliu di sekitarnya dan semua pengaruh dari luar. Perilaku merupakan reaksi ketidakmampuan dalam melakukan adaptasi terhadap lingkungan sekitar. Sedangkan faktor eksternal adalah sebagai berikut:
1. Faktor keluarga
- baik buruknya rumah tangga atau berantakan dan tidaknya sebuah rumah tangga.
- perlindungan lebih yang diberikan orang tua.
- penolakan orang tua, ada pasangan suami istri yang tidak pernah bisa memikul tanggung jawab sebagai ayah dan ibu.
- pengaruh buruk dari orang tua, tingkah laku kriminal dan tindakan asusila.
2. Faktor lingkungan sekolah
Lingkungan sekolah yang tidak menguntungkan bisa berupa bangunan sekolah yang tidak memenuhi persyaratan, tanpa halaman bermain yang cukup luas, tanpa ruangan olah raga, minimnya fasilitas ruang belajar, jumlah murid di dalam kelas yang terlalu banyak dan padat, ventilasi dan sanitasi yang buruk dan lain sebagainya.
3. Faktor lingkungan
Lingkungan sekitar yang tidak selalu baik dan menguntungkan bagi pendidikan dan perkembangan remaja.
UPAYA MENGATASI TAWURAN
- Dengan memandang masa remaja merupakan periode storm and drang period (topan dan badai) dimana gejala emosi dan tekanan jiwa, sehingga perilaku mereka mudah menyimpang. Maka pelajar sendiri perlu mengisi waktu luangnya dengan kegiatan yang lebih bermanfaat, Seperti mengikuti kegiatan kursus, berolahraga, mengikuti kegiatan ekstrakulikuler, dll.
- Lingkungan keluarga juga dapat melakukan pencegahan terjadinya tawuran, dengan cara:
- Mengasuh anak dengan baik.- Penuh kasih saying- Penanaman disiplin yang baik- Ajarkan membedakan yang baik dan buruk- Mengembangkan kemandirian, memberi kebebasan bertanggung jawab- Mengembangkan harga diri anak, menghargai jika berbuat baik atau mencapai prestasi tertentu.
- Ciptakan suasana yang hangat dan bersahabat. Hal ini membuat anak rindu untuk pulang ke rumah.
- Meluangkan waktu untuk kebersamaan. Orang tua menjadi contoh yang baik dengan tidak menunjukan perilaku agresif, seperti: memukul, menghina dan mencemooh.
- Memperkuat kehidupan beragama
- Melakukan pembatasan dalam menonton adegan film yang terdapat tindakan kekerasannya dan melakukan pemilahan permainan video game yang cocok dengan usianya.
- Orang tua menciptakan suasana demokratis dalam keluarga, sehingga anak memiliki keterampilan social yang baik. Karena kegagalan remaja dalam menguasai keterampilan sosial akan menyebabkan ia sulit meyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar. Sehingga timbul rasa rendah diri, dikucilkan dari pergaulan, cenderung berperilaku normatif (misalnya, asosial ataupun anti-sosial).Bahkan lebih ekstrem biasa menyebabkan terjadinya gangguan jiwa, kenakalan remaja, tindakan kriminal, tindakan kekerasan, dsb.
3. Sekolah juga memiliki peran dalam mengatasi pencegahan tawuran, diantaranya:
- Menyelenggarakan kurikulum Pendidikan yang baik adalah yang bias Mengembangkan secara seimbang tiga potensi, yaitu berpikir, berestetika, dan berkeyakinan kepada Tuhan.
- Pendirian suatu sekolah baru perlu dipersyaratkan adanya ruang untuk kegiatan olahraga, karena tempat tersebut perlu untuk penyaluran agresivitas remaja.
- Sekolah yang siswanya terlibat tawuran perlu menjalin komunikasi dan koordinasi yang terpadu untuk bersama-sama mengembangkan pola penanggulangan dan penanganan kasus. Ada baiknya diadakan pertandingan atau acara kesenian bersama di antara sekolah-sekolah yang secara “tradisional bermusuhan” itu.
4. LSM dan Aparat Kepolisian
LSM disini dapat melakukan kegiatan penyuluhan di sekolah-sekolah mengenai dampak dan upaya yang perlu dilakukan agar dapat menanggulangi tawuran. Aparat kepolisian juga memiliki andil dalam menngulangi tawuran dengan cara menempatkan petugas di daerah rawan dan melakukan razia terhadap siswa yang membawa senjata tajam.
Peristiwa tawuran pelajar membuktikan ada yang salah di dunia pendidikan kita dan juga menunjukkan ketidakseriuan pemerintah dalam memprioritaskan pendidikan dan membina karakter dan moral penerus bangsa yang nantinya (sebagian) dari mereka akan jadi pemimpin bangsa. Jika semasih tergolong generasi penerus bangsa saja moralnya sudah amburadul, bila nantinya jadi pemimpin bangsa 90% dipastikan moral dan akhlaknya acakadut. Salah satu prinsip pendidikan Ki Hajar Dewantara adalah ing ngarsa sung tulodo – saat berada di depan member contoh - tidaklah mengherankan jika di berbagai strata masyarakat sering terjadi aksi kekerasankarena mencontoh aksi kekerasan (meskipun dilakukan secara halus) para pemimpin mereka.
Motto Ki Hajar Dewantara
Ki Hajar Dewantara dengan perguruan taman siswanya mengemukakan motto : Ing ngarso sung tulodo, Ing madya mangun karso, Tut wuri handayani. Bagian pertama dari motto itu (Ing ngarso sung tulodo = saat berada di depan kita memberi contoh. Namun contoh yang diberikan tentunya contoh yang baik (seperti harapannya)....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H