Mohon tunggu...
Dineshcara Anindita
Dineshcara Anindita Mohon Tunggu... Lainnya - Manusia Biasa I Fastabiqul Khoiroot

All is well

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kerinduan-Nya

11 Oktober 2021   16:07 Diperbarui: 11 Oktober 2021   16:14 523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.walpaperlist.com 

"Allaahu akbar Allaahu Akbar..." Adzan mulai berkumandang, membangunkan seluruh insan untuk segera beribadah dan bercengkrama dengan Allah. Begitu pula Hulya, seorang gadis cantik yang tersentak kaget mendengar Adzan bergema, tanda waktu subuh sudah tiba. Dilihatnya segera jam dinding di kamarnya, pukul 05.00, kantuknya menguap, digantikan dengan suara debaran jantungnya yang mulai memenuhi rongga dada.

"Innaalillahi, maaf ya Allah.. Hulya ketinggalan sholat tahajjud:(" gumamnya sedih. Setelahnya, ia segera mengambil wudhu dan turun ke lantai bawah rumahnya untuk sholat berjamaah bersama keluarganya. 

Hulya memang tidak bisa tidur semalaman. Hatinya gundah dan pikirannya berkecamuk, ada satu hal yang mengusiknya sejak sepekan lalu. Namun kemarin kegelisahannya memuncak, membuatnya tidak merasakan kantuk sedikit pun. Hingga pukul 02.00 dini hari, Hulya baru bisa terlelap dengan baik. 

Setelah menyelesaikan tilawah dan dzikirnya, Hulya memutuskan untuk mandi, karena hari ini ia ada mata kuliah wajib jam 07.00 pagi. 

"(Tok tok tok..) Adek.. ayo turun, umi sama abi udah nunggu buat sarapan.." Panggil Husin, kaka satu-satunya Hulya. Namun, panggilan Husin menyisakan angin kosong, tidak ada jawaban. Merasa hening, Husin kembali mengetuk pintu kamar Hulya sambil memanggil nama adiknya itu. Setelah panggilan keempat, Hulya membuka pintu sambil tersenyum pucat, "Iya kak, sebentar lagi adek turun." Husin yang melihat itu bertanya-tanya, ada apa dengan adik tersayangnya ini? Namun karena gengsi, Husin tidak mengatakan apapun, hanya megangguk kemudian turun lebih dulu. 

"Loh Adek, kenapa pucat gitu mukanya? Adek sakit?" tanya Aliyah (umi Hulya) setelah Hulya sampai di ruang makan. Hulya hanya tersenyum menganggapi pertanyaan umi.

"ngga ko mi, adek cuma kurang tidur aja semalem." Adnan (abi Hulya) dan Husin yang mendengar itu hanya menggelengkan kepala.

"Kamu ada masalah?" tanya keduanya berbarengan. Hulya yang melihat itu hanya tersenyum, lalu menggeleng, enggan membahasnya. 

"Yaudah yuk sarapan dulu, adek makan yang cukup, supaya ngga pucat lagi" Ucap umi.

"Iya mi" Jawab Hulya.

Singkat cerita, Hulya sampai di Kampus dengan mobil Husin. Setelah berpamitan dengan kakanya itu, ia bergegas ke kelas karena 10 menit lagi mata kuliah akan dimulai. Sesampainya di kelas, Hulya disambut oleh Sofia, sahabatnya, yang telah men-tag tempat duduk untuk Hulya disampingnya. Hulya tersenyum melihat itu. Tak lama kemudian, kelas pun dimulai. 

"Baik sampai sini dulu pertemuan kita pada hari ini, terima kasih, wassalamualaikum warahmatullah wabarakaatuh.." tutup dosen mata kuliah Hulya.

" Waalaikumussalam warahmatullah wabarakaatuh, terima kasih banyak bu.." Jawab para mahasiswa serentak. 

Setelah dosen meninggalkan kelas, keributan mulai terjadi disana-sini. Mahasiswa berhamburan menerobos pintu kelas, beberapa hanya bercengkrama dengan rekan duduknya. Begitu pula Sofia, gadis berkacamata itu berkali-kali meminta perhatian Hulya, namun yang dipanggil hanya diam, melamun. 

"Hul.. Hulyaaa.. Hulyaa!!!" Panggil Sofia sambil mengguncangkan bahu Hulya.

"Ah.. Iya kenapa?" Hulya yang tersadar dari lamunannya, mengerjapkan mata beberapa kali.

"Kamu kenapa Hul? Aku perhatiin kayanya selama kelas juga kamu ngga fokus deh.. Ngelamuuun terus:("

"Hmmm.. Sebenernya ada sesuatu yang ganggu pikiran aku dari sepekan lalu Sof, tapi kemarin aku bener-bener ngerasa aneh sama diri aku sendiri.. Setelah dipikir-pikir, aku juga bingung kenapa aku bisa segininya." Hulya tersenyum lemah.

"Coba sini cerita sama aku.. Dari pada dipendem sendiri." Menyadari keadaan kelas yang belum sepenuhnya sepi, Sofia menarik tangan Hulya untuk membawanya ke tempat yang lebih tenang. Sesampainya di taman kampus yang cukup sepi, Sofia segera mencari tempat duduk untuknya dan Hulya. 

"Sini, cerita pelan-pelan." Ucap Sofia sambil menepuk bangku taman disebelahnya. Hulya terlihat ragu, namun kemudian duduk dan menghela nafas perlahan, menyiapkan diri.

"Sof, kamu pernah ngga sih punya kaka kelas yang kamu anggap kaka kandung kamu sendiri?" Sofia menggeleng.

"Kaka itu bener-bener kaka yang aku sayang Sof, dia baik banget, dia bisa jadi siapapun yang aku butuhin. Terkadang bisa menjadi bijak seperti seorang kaka, terkadang bisa juga asik kaya temen sebaya, bahkan terkadang bisa ngeselin kaya seorang adek." Sofia hanya diam mendengarkan. Hulya kembali menghela nafas. 

"Namanya ka Ira, aku mulai deket sama Kak Ira pas mau ujian nasional SMP. Waktu itu, aku ketemu kaka ini di tempat les, yang kebetulan tempat les ini dikelola sama Kak Ira dan temen-temen kuliahnya. Waktu itu aku termasuk pendiem dan ngga suka gabung sama temen-temen lain. Kak Ira yang selalu ajak aku ngobrol duluan dan nanyain perkembangan belajar aku. Awalnya aku merasa risih dan ngga nyaman, tapi lama-kelamaan Kak Ira akhirnya jadi satu-satunya temen deket aku di tempat les itu. Kak Ira juga mulai cerita-cerita tentang kehidupan pribadinya, yang bikin aku juga secara otomatis ikut cerita tentang masalah-masalah aku ke dia. Sampai akhirnya aku jadi bergantung ke Kak Ira, apa-apa cerita, apa-apa ngadu, apa-apa minta temenin. Padahal yang kaka kandung aku Kak Husin, tapi aku malah kaya gitu ke Kak Ira, mungkin karena Kak Ira perempuan juga ya, jadi aku lebih nyaman. Semenjak aku kuliah, Kak Ira ambil S2 di Surabaya, frekuensi ketemu kita makin berkurang. Tapi aku egois dan selalu nyita waktu Kak Ira untuk dengerin cerita-ceritaku yang ngga penting, padahal aku tau Kak Ira sibuk:( Sampai akhirnya mungkin karena Kak Ira merasa terbebani dan semakin sibuk juga, Kak Ira sering ngga bales chat atau angkat telponku. Aku sebel, kesel, marah, rasanya kaya diabaikan dan ditinggalin:( Udah sepekan ini aku sama sekali ngga chat kakanya, tapi ternyata Kak Ira juga ngga chat aku:( Aku awalnya ngerasa sedih banget, rasanya kaya kehilangan tempat bergantung. Sampai kemaren aku lihat foto instagramnya Kak Ira, dan liat disitu Kak Ira keliatan bahagia banget sama temen-temennya, ada adik tingat juga. Kak Ira emang orang yang mudah bergaul dan lovable Sof, jadi harusnya aku paham kenapa Kak Ira keliatan seneng difoto itu. Tapi hatiku malah mikir yang engga-engga dan bikin aku ngga bisa tidur semaleman, sampe aku ketinggalan sholat tahajjud juga:( Aku egois banget kan Sof? Kenapa aku kaya gini Sof? Aku ngga suka liat Kak Ira akrab sama orang lain, tapi aku adek kandungnya aja bukan:( Aku harus gimana Sof? Aku bingung." Hulya beraca-kaca, menahan air matanya agar tidak tumpah. Sofia mengusap punggung sahabatnya itu lembut. 

"Makasih Hul, udah mau cerita dan percaya sama aku. Kalo boleh aku tanggapi, pertama-tama, menurutku ngga apa-apa ketika kita punya seseorang yang bener-bener kita percaya dan bener-bener berharga untuk kita sendiri. Tapi jangan lupa, Sayyidina Ali RA pernah berkata 'Aku sudah pernah merasakan semua kepahitan dalam hidup dan yang paling pahit ialah berharap kepada manusia' Siapapun orangnya, sebaik apapun dia, ketika dia masih 'manusia', maka jangan pernah berharap apalagi bergantung kepadanya." Hulya yang mendengar ini seperti mendapat tamparan keras yang telak mengenai hatinya. Air mata yang sebelumnya ia tahan mulai membanjiri pipi cantiknya.

"Aku lanjut ya Hul.. Lalu, menurutmu kenapa kamu merasa gelisah? (Hulya menggeleng). Kalo menurutku, rasa gelisah itu bisa jadi berawal dari keadaan hati kita yang tidak stabil. Ketika kita marah, kesal, sebal, setan mudah sekali menyelinap dan menghidupkan api untuk semakin memanasi hati. Akibatnya, pikiran juga menjadi kalut dan mulai mengelana yang berujung suudzon. Setelah itu, setan membuat hati dan pikiran kita sibuk sampai membuat kita lupa, bahwa sejatinya kita punya Allah. Kamu cerita ngga bisa tidur sampai ketinggalan tahajjud, bisa jadi itupun salah satu pekerjaan setan yang akhirnya membuat kita lalai." Hulya semakin larut dalam tangisnya, ia berkali-kali beristghfar, merasa kalah oleh setan.

"Adapun tentang Kak Ira yang menghilang begitu saja, menurutku itu bisa saja salah satu bentuk kasih sayang Allah sama Hulya. Allah ngga mau kamu berlarut-larut dalam bergantung kepada manusia. Allah cemburu, Allah rindu, Allah tidak membutuhkan kita, tapi Allah menyayangi kita hingga membiarkan kita bergantung kepadaNya. Semoga kejadian ini bisa menjadi pelajaran ke depannya, baik untuk kamu, maupun untuk aku. Maaf ya Hul, kalo aku terdengar sok bijak, padahal diriku sendiri aja belum tentu mampu menerapkannya. Tolong ingetin aku juga ya Hul kalo aku salah-salah dan khilaf." Hulya memeluk sahabatnya itu, perasaannya terasa lebih tenang dan lapang.

"Makasih Sof, makasih banyak karena udah jadi sahabat yang baik buat aku (hiks)"

"Sama-sama Hul.. Justru itu fungsinya sahabat.. Dah ah sedih-sedihnya, ke kantin yuk, aku laper tadi pagi belum sempet sarapan" Keduanya pun tersenyum dan memutuskan ke kantin. 

Setelahnya, Hulya memutuskan untuk pulang ke rumah. Senyum sudah terbit kembali diwajahnya. Sambil terus beristghfar dalam hati, Hulya menunggu jemputan abangnya. Husin yang baru sampai disambut oleh senyum Hulya, membuatnya keheranan mengapa mood adiknya mudah sekali berubah wkwk. Mereka pun pulang dalam keadaan hati yang hangat.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun