Mohon tunggu...
Ki Sugito Nuswantoro
Ki Sugito Nuswantoro Mohon Tunggu... Seniman - Happy itu Simple

i am, pengayuh sepeda

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Saya Pilih Lauk Daun Jika Lockdown

28 Maret 2020   13:48 Diperbarui: 28 Maret 2020   14:16 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ya kebiasaan saya yang satu ini sudah saya jalankan hampir dua tahun ini. Tepatnya adalah ketika saya mulai menjadi anak kost xixixi. Berkumpul dengan 13  penghuni kost yang semuanya adalah para mahasiswa di Universitas Jenderal Soerdirman Purwokerto.

Dari ke- 13 penghuni kost dan sayalah satu-satunya penghuni kost dengan latar belakang bukan mahasiswa. Oleh karenanya sama si empunya kost-kostan saya dijadikan sesepuh sekaligus menjadi bapaknya dari anak-anak tersebut.

Tawaran itupun saya terima dengan lapang dada gaes. Malah saya berterima kasih kepada Ibu kost yang mana sudah mau mendaulat saya untuk menjadi dedengkot di tempat kostnya. 

Nah gaes. Dengan didaulatnya saya sebagai pengawas anak-anak plus dengan diskon super jooss. Gimana gak joss gaes, orang para mahasiswa itu rata-rata kena biaya kost selama satu tahun tergolong cukup mahal bagiku. 

Biaya kost dengan fasilitas kamar mandi dalam, kasur sprengbed di tambah lemari, meja belajar dan wifi adalah Rp. 6 juta. Sedangkan untuk kamar kost tanpa kamar mandi dalam dan kasur busa bukan sprengbed adalah Rp. 4.5 juta. Diskon super besar buat saya adalah cukup Rp.150 ribu saja sebulan dengan fasilitas kamar mandi dalam tapi kasur bukan springbed.

Soal kasur bukan springbed bagiku tidak masalah gaes. Malah kebetulan. Karena jika saya tidur dengan kasur yang bisa membal-membal itu bisa berabe buat saya. Kesiangan pasti menjadi langganan hari-hariku akibat tidur dengan kasur yang penuh dengan perr tersebut xixixi. Edisi jualan bubur ayamku bisa bubar akibat kesiangan PorEver xixixi....

Tempat kost dengan bentuk denah gedung membentuk leter U tersebut yang mana ditengah-tengah bangunan masih ada sebidang tanah kosong berfungsi untuk menjemur baju saya manfaatkan dengan sebisa saya.

Otakpun berputar untuk memilih jenis-jenis tanaman yang cocok dan gampang hidup. Putar puter saya berpikir akhirnya waktu itu saya ketemu ide menanam sawi.

Muncul ide menanam sawi karena  saya masih melihat ada sekitar satu sampai dua pohon tanaman sawi yang hidup di halaman tersebut. Maka itu langsung saja saya memutuskan untuk memperbanyak tanaman sawi dengan tujuan suatu saat masak mie instan ( masakan favorit anak kost gaes hahaha ) saya bisa langsung eksekusi Sawi tersebut.

Bulan pertama dengan tanaman Sawi cukup mengasikkan. Karena dalam hitungan sebulan tanaman tersebut tumbuh subur sangat cocok dengan kondisi tanahnya. Jadi pada bulan pertama ini saya dan anak-anak kost saya persilahkan jika mau memetik Sawi untuk masak mie instan atau sekedar di jadikan oseng atau apa sajalah asalkan diolah dulu sebelum masuk kedalam perut hahaha. 

Memasuki bulan kedua atau kira-kira berkisar enam puluh hari tanaman Sawi tersebut berubah guys. Ternyata Sawi adalah jenis sayuran yang panennya tidak lebih dari dua kali. Karena setelah saya panen dengan cara hanya memotong daunnya saja, ketika sudah masuk hari keenam puluh, ternyata tanaman tersebut berbunga xixixi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun