Mohon tunggu...
KIR INNOVATION
KIR INNOVATION Mohon Tunggu... Lainnya - Ekstrakurikuler Kelompok Ilmiah Remaja

Official Account Kelompok Ilmiah Remaja SMA Negeri 1 Klari

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Fakta Unik: Mengapa Menelan Ludah Menghentikan Pernapasan?

23 September 2024   18:48 Diperbarui: 23 September 2024   18:50 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: alodokter.com 

Menelan ludah dan bernapas tidak bisa dilakukan secara bersamaan karena keterbatasan anatomi dan fungsi sistem pernapasan serta pencernaan kita. Kedua proses ini melibatkan jalur yang sama, tetapi mereka harus dilakukan secara terpisah untuk mencegah gangguan, khususnya tersedak. Berikut penjelasannya:

1. Fungsi Epiglotis  
 Saat menelan ludah, epiglotis (katup kecil di tenggorokan) secara otomatis menutup jalan napas (trakea) untuk mencegah makanan atau cairan masuk ke paru-paru. Ini mencegah tersedak dan melindungi paru-paru dari benda asing. Karena jalan napas tertutup sementara, kita tidak bisa bernapas saat menelan.

2.  Koordinasi Saraf dan Otot
Proses menelan dikendalikan oleh sistem saraf pusat, yang memastikan otot-otot di tenggorokan, lidah, dan laring bekerja secara terkoordinasi.

3.  Fokus pada Menelan untuk Mencegah Tersedak
Ketika kita menelan, tubuh secara otomatis menghentikan pernapasan sebentar untuk memastikan makanan, minuman, atau air liur masuk ke kerongkongan (esofagus) dan bukan ke trakea (jalan napas). Jika dua tindakan ini terjadi secara bersamaan, risiko tersedak atau masuknya makanan ke paru-paru akan meningkat.

Jika proses menelan dan bernapas terganggu, ada beberapa potensi masalah yang dapat muncul, baik terkait dengan fungsi menelan maupun pernapasan. Gangguan pada koordinasi kedua proses ini bisa berakibat serius. Berikut beberapa masalah yang mungkin timbul:

1. Tersedak (Aspirasi): Ketika proses menelan dan bernapas tidak terkoordinasi dengan baik, makanan, minuman, atau air liur bisa masuk ke saluran pernapasan (trakea) alih-alih ke kerongkongan. Hal ini dapat menyebabkan tersedak, yang membuat seseorang mengalami kesulitan bernapas.

2. Pneumonia Aspirasi: Jika benda asing seperti makanan, cairan, atau ludah masuk ke paru-paru, mereka bisa memicu infeksi, karena paru-paru bukan tempat steril yang dirancang untuk menampung zat selain udara. Kondisi ini dikenal sebagai pneumonia aspirasi, yang dapat menyebabkan gejala seperti batuk, sesak napas, demam, dan peradangan paru-paru. 


3. Disfagia: Disfagia adalah gangguan menelan yang membuat seseorang kesulitan menelan makanan atau cairan. Ini sering terjadi akibat kerusakan saraf atau otot di sekitar tenggorokan dan esofagus. Pada penderita disfagia, menelan dapat menjadi lambat atau terhambat, meningkatkan risiko tersedak dan aspirasi. Jika tidak ditangani, disfagia dapat mengakibatkan malnutrisi, dehidrasi, atau komplikasi pernapasan.

4. Asfiksia: Jika jalan napas tertutup sepenuhnya oleh makanan atau benda asing akibat tersedak, orang tersebut dapat mengalami asfiksia(kekurangan oksigen). Asfiksia merupakan kondisi darurat yang, jika tidak segera diatasi, dapat menyebabkan kehilangan kesadaran, kerusakan otak akibat kekurangan oksigen, atau bahkan kematian.

5. Gangguan Neurologis atau Stroke: Stroke atau kondisi neurologis lain yang merusak saraf yang mengendalikan fungsi menelan dapat menyebabkan hilangnya koordinasi antara menelan dan bernapas. Stroke di area otak yang mengendalikan refleks ini bisa menyebabkan disfagia dan gangguan pernapasan.
   

6. Masalah pada Struktur Tenggorokan: Abnormalitas pada struktur anatomi tenggorokan, seperti penyempitan esofagus atau masalah pada katup epiglotis, dapat mengganggu aliran makanan atau udara. Ini dapat menyebabkan kesulitan menelan, serta risiko tersedak atau aspirasi yang lebih tinggi. Pembedahan mungkin diperlukan untuk memperbaiki masalah struktural.

7. Masalah Kesehatan Kronis:  Penyakit degeneratif seperti Parkinson atau ALS (amyotrophic lateral sclerosis) bisa melemahkan otot-otot di sekitar tenggorokan dan menyebabkan gangguan koordinasi antara menelan dan bernapas.
  

8. GERD (Gastroesophageal Reflux Disease): GERD dapat menyebabkan asam lambung naik ke tenggorokan dan mengiritasi saluran napas. Hal ini bisa memicu batuk, sesak napas, dan aspirasi jika tidak diobati. Pengaruh GERD terhadap saluran pernapasan bisa memicu pneumonia aspirasi dan memperburuk masalah pernapasan, terutama pada penderita asma.

Beberapa cara pencegahan dan penanganan untuk mengurangi risiko gangguan antara menelan dan bernapas:  
1. Makan dengan perlahan dan kunyah makanan dengan baik.
2. Jangan berbicara atau tertawa saat makan, untuk meminimalkan risiko tersedak.
3. Periksa kondisi kesehatan, terutama jika mengalami gejala disfagia atau masalah neurologis.
4. Jika terjadi tersedak atau aspirasi, tindakan pertolongan pertama seperti Manuver Heimlich mungkin diperlukan.

Setelah mengetahui informasi diatas, diharapkan teman-teman lebih peduli dan hati-hati jika sedang melakukan kegiatan bernafas atau menelan ya!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun