Selain itu, lenong denes juga menggunakan properti, kostum, dan bahasa yang formal. Kebalikannya dengan lenong denes, lenong preman berkisar cerita tentang kehidupan sehari-hari sekaligus membawakan kisah para jagoan seperti "Si Pitung", "Jampang Jagoan Betawi", "Sabeni Jago Tenabang", dan lain-lain. Kostum dan properti yang digunakan cukup sederhana karena memang sesuai dengan cerita kehidupan sehari-hari masyarakat betawi.Â
Pertunjukan lenong preman menggunakan dialek betawi dengan ciri khas dialog bebas yang komunikatif antara pemain dan penonton sehingga membentuk sebuah keakraban diantara keduanya. Lenong preman juga terdapat unsur seni didalamnya seperti seni maen pukulan (silat) dan pantun, serta banyolan yang mengundang gelak tawa.
Sebenarnya masih banyak lagi kesenian betawi di perkampungan budaya betawi setu babakan. Kesenian betawi disana dapat menyesuaikan diri selama masa pandemi Covid-19 dan masih bertahan sampai sekarang. Hal ini merupakan wujud dari pelestarian budaya asli Indonesia khususnya budaya betawi sebagai indentitas masyarakat asli orang betawi. Segala cara dilakukan, mulai dari melakukan pembatasan kunjungan 50 persen dengan protokol kesehatan yang ketat, serta mengadakan pagelaran budaya betawi melalui tayangan tunda (taping).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H