Buat anak kelas 12, masa - masa menuju pendaftaran Perguruan Negeri Tinggi (PTN) ibarat roller coaster -- seru, tapi juga bikin pusing tujuh keliling. Selain harus belajar mati - matian, mereka juga dihantui tekanan dari segala arah, salah satunya dari media sosial. Di era digital seperti sekarang, kelas 12 tidak hanya berkompetisi sama teman sekelas, tapi juga sama "rival" yang mereka lihat di dunia maya. Alhasil, tidak sedikit dari mereka merasa stress, minder bahkan capek mental.
Tekanan ini bukan hanya datang dari lingkungan sekitar, tetapi juga dari dunia maya yang sering membuat perasaan cemas semakin memburuk. Media sosial yang terlihat sebagai platform hiburan, justru memperburuk rasa insecure para siswa dengan menampilkan standar yang tidak realistis. Fenomena ini sering disebut dengan "insekuritas digital" salah satu hal yang menjadi pemicu utama stress di kalangan siswa kelas 12.
Media Sosial dan Insekuritas Digital
Postingan Media Sosial vs Real Life
Media sosial sering kali hanya menampilkan sisi terbaik dari kehidupan seseorang. Misalnya, setelah pengumuman lolos PTN jalur nasional keluar, feeds instagram dan Tiktok dipenuhi dengan postingan mereka yang berhasil diterima di Universitas Favorit.
Adakalanya tanpa disadari ketika kita setiap hari melihat orang lain sukses, otak kita mulai membandingkan diri kita dengan orang lain. Akibatnya perasaan minder dan overthinking pun muncul. Hal yang perlu kita ingat saat berada di posisi ini adalah segala postingan yang ada di media sosial hanya memperlihatkan "best moment" seseorang tanpa menunjukkan proses panjang dan perjuangan orang tersebut.Â
Kompetisi Tak Terlihat dan Fenomena FOMO
Selain perbandingan yang terjadi di media sosial, kompetisi tak terlihat yang semakin berkembang juga memberikan tekanan yang luar biasa. Banyak siswa yang merasa bahwa setiap tindakan mereka harus diperlihatkan dan dibandingkan dengan orang lain. Di dunia maya, seolah - olah semua orang adalah pesaing. Tidak hanya teman - teman sekolah, tetapi juga ribuan siswa lainnya yang memamerkan hasil progress tryout bulanan di medsos.
Fenomena Fear of Missing Out (FOMO)
Konten  seperti "tips lolos utbk", "jadwal belajar mingguan", "strategi mengerjakan PK PM dengan cepat" yang di unggah oleh seseorang yang sudah lolos UTBK tahun sebelumnya  sering membuat siswa kelas 12 merasa cemas jika tidak mengikuti pola yang sama. Perasaan takut tertinggal yang dikenal dengan istilah FOMO semakin memperburuk tekanan yang mereka rasakan.
Tekanan dari Lingkungan
Selain melalui sosial media, komentar dari orang tua atau guru seperti "Liat tuh, anak tetangga sudah di terima di kampus TOP" tanpa disadari dapat menambah beban mental siswa. Sebelum berbicara sebaiknya perlu kita pahami bahwa, setiap anak memiliki proses dan jalan yang berbeda.
Peran Literasi Digital dan Komunikasi Empatik
Ketika menghadapi semua tekanan ini, penting bagi siswa untuk memiliki keterampilan yang dapat membantu mereka menyaring konten dan informasi dengan bijak. Salah satunya adalah literasi digital yang dapat menjadi senjata ampuh untuk menghadapi dampak negatif media sosial.
Literasi Digital
Siswa kelas 12 perlu lebih bijak dalam memilah informasi yang mereka temui di media sosial. Mereka harus sadar bahwa tidak semua postingan mencerminkan kenyataan dan tidak seharusnya membandingkan diri dengan orang lain yang bahkan tidak kita kenal. Literasi digital akan membantu untuk memahami bahwa apa yang mereka lihat di media sosial belum tentu menggambarkan keseluruhan proses hidup seseorang.
Komunikasi Empatik
Di samping literasi digital, dukungan dari lingkungan sekitar merupakan kunci penting dalam kondisi seperti ini. Orang tua, guru, dan teman - teman perlu lebih sering mendengarkan keluh kesah siswa tanpa terburu - buru menghakimi. Memberikan ruang bagi mereka untuk berbicara tanpa tekanan sangat membantu proses pemulihan mental mereka.
Progress Over Perfection
Mulai menormalisasi cerita mengenai proses, bukan hanya hasil akhir. Kita dapat berbagi pengalaman mengenai kegagalan ataupun tips nyata  dalam mengerjakan  try out.
Jalani perjalanan menuju PTN memang tidak mudah, terutama bagi siswa kelas 12 yang hidup di tengah era digital yang penuh tekanan. Media sosial, ekspektasi orang di sekitar, dan kompetisi yang tidak terlihat seringkali membuat siswa merasa tertekan. Namun, bukan berarti hal ini tidak bisa diatasi. Dengan meningkatkan literasi digital, menerapkan komunikasi yang lebih empatik, serta membagikan cerita yang lebih realistis di media sosial, siswa kelas 12 dapat merasa lebih percaya diri dan fokus pada perjalanan mereka sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H