Mohon tunggu...
Kirana Nun Mahmudah
Kirana Nun Mahmudah Mohon Tunggu... Pegawai Swasta -

Service Assistant di Bank OCBC NISP Cabang Banjarmasin (NIK 52490)

Selanjutnya

Tutup

Money

Semua Orang Bisa Jadi Seller! #TAYTB

10 Mei 2019   23:55 Diperbarui: 11 Mei 2019   00:09 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sales? Seller? Marketing? Target? Hiyyy... agak menakutkan ya. Banyak orang yang "alergi" dengan dunia tersebut dan berusaha menghindarinya, tidak terkecuali saya, tidak pernah terbayangkan dalam otak saya bagaimana jika saya menjadi seorang seller, pasti tidak akan sanggup deh! Segitu takutnya saya dengan dunia Sales, dulu, sewaktu saya baru lulus kuliah dan apply lamaran kerja, setiap kali dipanggil dan ditanya tentang "Posisi yang dihindari", saya dengan yakin selalu menjawab : "Marketing", sedangkan ketika ditanya tetang "Posisi yang diminati" saya bisa menuliskan posisi apa saja : Teller, Customer Service, Admin, Sekretaris, Finance, Back Office, pokoknya posisi apa aja deh yang penting bukan Sales/Marketing/Seller, gak mauuuu pokoknya... Saya inget banget dulu, saya ada panggilan kerja disebuah perbankan dimana saya disuruh datang pukul 10 pagi kekantor bank tersebut untuk wawancara awal, sesampainya disana ada banyak sekali yang mengantri untuk wawancara juga, waktu itu mereka belum menginformasikan lowongan yang ada untuk posisi apa,  saya menunggu sangat lama sampai sekitar pukul 5 sore barulah sampai giliran saya untuk diwawancara, bisa dibayangkan betapa lelah dan letih nya saya saat itu? Tetapi saya tetap semangat untuk melanjutkan wawancara tersebut, karena saya memiliki harapan dan keyakinan besar, siapa tahu kali ini rezeki saya. Wawancara diawali dengan pertanyaan seputar hal-hal yang umum, yang bisa saya jawab tanpa masalah yang berarti. Dari pertanyaan-pertanyaan umum, akhirnya sampailah kepada pembicaraan tentang posisi apa yang sedang dicari, ternyata yang dicari adalah Teller, api semangat saya pun semakin berkobar mendengar itu, karena Teller adalah salah satu posisi yang saya inginkan. Namun, kobaran api semangat yang menyala itu mendadak redup ketika pewawancara berkata bahwa jika dinyatakan lolos, maka karyawan akan di uji coba dulu sebagai marketing selama 3 bulan dan jika memenuhi target maka barulah akan dipekerjakan sebagai Teller, hati saya seketika hancur berkeping-keping, saya sudah mau menangis saat itu tapi saya berusaha menahannya sekuat tenaga agar tidak terlihat seperti anak TK didepan para pewawancara, mereka bertanya apakah saya bersedia dengan proses tersebut, jika bersedia maka mereka akan meloloskan saya ke tahapan test berikutnya, tapi jika tidak bersedia, maka saya tidak akan mengikuti tahapan test selanjutnya, dengan kata lain saya akan gagal saat itu juga. Tanpa fikir panjang, walaupun dengan berat hati, saya pun menjawab tidak bersedia dan otomatis menerima kegagalan. Setelah perjuangan menunggu 7 jam dengan menjunjung tinggi harapan dan keyakinan, akhirnya saya pulang dengan hati hancur dan berakhir dengan menangis di pelukan ibu saya.

Masa-masa sedih dan perjuangan mencari kerja akhirnya bisa saya lewati, awal tahun 2015 saya diterima bekerja di OCBC NISP sebagai Teller. Saya bekerja dengan semangat dan riang setiap hari, namun seiring waktu berjalan, kebijakan perusahaan menuntut untuk frontliner diberi target bisnis sebagai kontribusi dan akan diperhitungkan sebagai salah satu bobot penilaian tahunan. Oh NOOOO!!! Pada akhirnya saya di giring untuk menghadapi hal yang sebelumnya saya hindari mati-matian. Target yang diberikan memang tidak terlalu besar, tapi tetap saja, saya kan Teller, tugas saya melayani transaksi financial nasabah. Kan sudah ada temen-temen seller yang akan jualan, kenapa saya harus jadi seller juga? Saya kan gak bisa jualan....begitu fikir saya. Hari-hari berikutnya menjadi tidak semenyenangkan sebelumnya dan saya pun tidak seriang sebelumnya, karena setiap hari saya dibayang-bayangi oleh target yang tak kunjung tercapai. Memulai berjualan sangat berat untuk saya,  didorong rasa malas, gengsi, malu, public speaking yang buruk , akhirnya saya tidak berhasil menjual apapun kepada siapapun, karena sudah tidak tahu harus berbuat apa sementara deadline target bisnis sudah semakin dekat, akhirnya saya menawarkan produk tersebut kepada Ayah, Ibu dan Kakak kandung saya.

Tahun berlalu, saya diangkat menjadi Customer Service, saya sangat excited di posisi baru ini, karena sangat membantu melatih public speaking serta pengetahuan produk saya, tapi selain excited, saya juga sedih, karena target Customer Service yang diberikan berlipat-lipat dari Teller, tambah stress dong saya, target yang sedikit saja saya tidak mampu memenuhinya, apalagi begini banyak astaga.... Tapi ternyata, di Customer Service menjual produk jauh lebih mudah ketimbang di Teller, mungkin karena public speaking saya yang sudah cukup bagus, pengetahuan produk saya semakin banyak, selain itu juga nasabah yang datang ke Customer Service lebih banyak dan beragam dan tidak itu itu saja seperti di Teller, Customer Service juga punya sarana yang bernama Sales Management dimana setiap bulan kami mendapatkan list data nasabah yang harus kami telefon untuk dilakukan update dan bisa kita manfaatkan untuk menawarkan produk, dengan kata lain, di Customer Service saya mendapat "umpan" yang lebih banyak, akhirnya saya mengerti mengapa target di Customer Service lebih banyak berkali kali lipat dari Teller, karena kesempatan dan kemungkinan penjualan di Customer Service lebih besar. 

Tidak disangka-sangka hari-hari selanjutnya berjalan sangat mudah bagi saya, saya sudah sangat lancar dalam berjualan, target bisnis dengan mudah saya capai, bahkan pencapaian saya sampai melebihi target. Tapi ada satu jenis target yang sangat sulit untuk dicapai, yaitu target mencari nasabah baru. Bagaimana ya saya bisa mendapatkan nasabah baru? Saya kan tidak bisa keluar kantor seperti teman-teman seller saya yang lain, nasabah baru juga sangat kecil kemungkinan berkunjung ke cabang kami, biasanya nasabah baru yang datang pasti adalah bawaan dari para seller, masa saya harus cari keluar saat weekend sih? Saya memutar otak mencari ide bagaimana caranya saya bisa mendapatkan nasabah baru tanpa harus capek capek cari keluar kantor. Setelah proses memutar otak yang cukup lama, akhirnya saya menemukan solusinya, itu adalah : "Program Tell A Friend". Program Tell A Friend adalah program OCBC NISP dimana memberikan reward kepada nasabah jika nasabah tersebut mereferralkan/menawarkan nasabah baru untuk membuka tabungan di OCBC NISP, dengan kata lain, nasabah lah yang akan menjadi sellernya kita, dahsyat banget bukan? Sejak saat itulah saya memodifikasi metode berjualan saya dimana saya selalu menyelipkan sounding tentang program Tell A Friend di setiap penawaran produk apapun yang saya lakukan.

Bukti kedahsyatan program ini pun tidak lama kemudian saya rasakan, suatu hari seorang nasabah premier yang memang sudah cukup akrab dengan saya datang kecabang untuk bertransaksi, saya pun menawarkan nasabah program program terbaru, beliau adalah tipe nasabah yang sangat detail dan sangat perhitungan, beliau menginginkan program yang paling maksimal memberikan benefit kepada nasabah diantara seluruh program yang ada, saya pun menjelaskan tiap-tiap program yang pas untuk beliau, menjabarkan perbandingan fitur dan benefit tiap-tiap program tersebut, menghitungkan secara rinci benefit yang akan didapat, dan tentu saja saya menyelipkan pula Program Tell A Friend di akhir proses selling. Bak gayung bersambut, tidak lama, nasabah datang membawa 2 nasabah baru untuk membuka tabungan di OCBC NISP atas nama anak pertama nasabah dan istri nasabah dengan total dana fresh fund sebesar 220 juta, tidak sampai disitu, di lain kesempatan, dengan menggunakan metode penjualan yang sama seperti yang saya lakukan sebelumnya kepada beliau, nasabah kembali membawa 3 nasabah baru lagi untuk membuka tabungan di OCBC NISP atas nama anak kedua nasabah, keponakan nasabah, dan istri dari keponakan nasabah tersebut dengan total dana fresh fund sebesar 180 juta. Waaahhh.... saya gak perlu keluar kantor tapi nasabah baru dapat terus... Asyikk kan?

Saya adalah orang yang dulunya sangat takut dengan dunia sales, saya menghindarinya mati-matian, selling bagi saya adalah momok mengerikan, bahkan bisa dibilang : "I hate sales". Tapi, tidak suka, bukan berarti saya tidak bisa menjadi seller. Cerita diatas membuktikan, bahwa seorang frontliner yang notabene tidak suka dan tidak bisa jualan, juga tidak memiliki waktu untu keluar dan berjualan, ternyata  juga bisa kok menjadi seller. Dari berjualan, saya mendapatkan banyak sekali hal yang baik : penilaian tahunan yang sangat baik, mendapatkan bonus yang memuaskan, bisa menulis cerita sukses sales yang ditayangkan di Majalah bulanan internal OCBC NISP dan dibacakan di seluruh indonesia, mendapatkan nilai tambah untuk lolos sebagai finalis OCBC NISP Service Award, serta mendapatkan chemistry, loyalitas, dan kepercayaan dari nasabah. Saya bisa menjadi seller, bahkan nasabah pun bisa menjadi seller. Semua orang bisa menjadi seller, apapun posisimu, kamu pun bisa menjadi seller, karena tidak ada yang tidak bisa,  so tetap semangat!!! WIN WIN WIN

NIK : 52490

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun