Dahulu, perempuan berjilbab lebih dipandang masyarakat sebagai sosok yang rajin beribadah, namun sekarang tidak lagi demikian. Sebagian besar masyarakat saat ini beranggapan bahwa hijabers hanyalah dampak dari mode fashion, mengenakan jilbab hanya untuk mengikuti trend saja bukan lagi karena alasan yang berdasarkan agama. Hal lain yang mendukung konstruk masyarakat menjadi seperti itu adalah dari perilaku hijabers yang saat ini lebih sering terlihat di mall-mall atau di cafe-cafe bukan lagi ditempat ibadah. Selain itu, perilaku konsumtif yang melekat pada hijabers juga semakin mendukung pergeseran makna akan perempuan berjilbab. Menghilangkan citra perempuan berjilbab yang sederhana dan tidak melebih-lebihkan sesuatu.
Dari pembahasan contoh kasus diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kini agama tidaklah menjadi hal yang begitu sakral, dalam artian ketika fashion telah mengambil alih simbol-simbol dalam agama yang seharusnya menjadi identitas dari penerapan nilai dan ajaran agama itu sendiri, hakekat ajaran agama menjadi lebih terbelakang. Dalam hal ini, agama membawa suatu perubahan sosial dalam masyarakat baik bersifat positif atau negatif sekalipun. Karena pada dasarnya agama memiliki beberapa fungsi yang dijalankan dalam masyarakat. Fenomena hijab fashion ini jika dilihat dari perspektif fungsional merupakan salah satu dampak keagamaan yang diberikan ke sistem sosial yang ada. Dan seharusnya agama bisa meningkatkan kontrol terhadap perilaku individunya apalagi pada kaum Islam yang begitu menunjukan identitas ke Islamannya atau bahkan fanatik.
Â
Daftar Pustaka:
Baker, Abu. 1996. Islam dalam Perspektif Sosiologi Agama. Titian Ilahi Press.
Achmad Zainal. 2008. Agama dalam Perspektif Sosiologis.
Damar Iradat. 2012. Perempuan Berjilbab dalam Balutan Agama dan Fashion.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H