Mohon tunggu...
Kirana Kusuma
Kirana Kusuma Mohon Tunggu... Seniman - Pelajar

Seorang perupa asal Kota Bandung yang menyukai menulis sebagai bentuk ekspresi dari pikirannya

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Masa Bodoh dengan Kerjaanmu, Sekali Saja

19 Januari 2023   00:14 Diperbarui: 19 Januari 2023   12:48 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Kita semua pasti pernah mengalami saat-saat dimana validasi uang diberikan oleh seseorang begitu penting terutama ketika kita memegang posisi dengan sejumlah tanggung jawab tertentu.

Saya masih ingat beberapa tahun yang lalu ketika saya mencoba membuat orang terkesan dengan posisi, peran saya sebagai perupa---atau mahasiswa seni lebih tepatnya. 

Saya menghabiskan hampir tiga tahun untuk memamerkan kinerja dan hasil terbaik saya, berharap untuk diakui sebagai seorang yang jenius, dan ini tidak hanya mencakup visual teknis pekerjaan saya, tetapi juga pengembangan ide dan makna dalam karya seni saya.

Harapan saya terbilang sangat tinggi saat itu, mengingat betapa kerasnya saya mencoba, dan dari semua upaya itu, saya gagal, hampir semuanya. Dalam setiap karya saya, saya mendapat nilai C dan B-. Saya mencoba untuk berpikir kembali untuk semua hal yang telah saya lakukan. 

Dimana celahnya?

Kenapa aku gak pernah bersinar?

Apakah rekan kerjaku sehebat itu?

Apakah persepsi estetikaku buruk?

Begitu cara saya dalam mempertanyakan diri sendiri mengenai kegagalan di sebagian besar usaha saya. Sampai pada titik dimana saya begitu marah, kecewa dengan diri sendiri karena telah angkuh dan melebih-lebihkan kemampuan yang saya miliki. Saya berhenti berusaha melakukan yang terbaik dan menjadi tidak peduli dengan hasilnya. Anehnya, ketika saya berhenti memberikan usaha terbaik saya, saya membuka pintu baru, jalan, atau proses kerja yang belum pernah saya alami sebelumnya.

Karya saya yang sebelumnya tidak mendapat perhatian atau pujian selama beberapa tahun, kini muncul sebagai salah satu yang terbaik di antara rekan-rekansaya di lembaga seni.

Kedua karya saya berhasil dipamerkan dan mendapat banyak perhatian publik. Saya ingat seorang ibu berumur 50-an memberi tahu saya bahwa karya saya adalah yang terbaik dari semua karya di ruangan itu dan saya harus terus membuat karya seni yang mengagumkan. 

Jadi apa masalahnya? Apakah saya selalu memiliki tingkat penguasaan ini sebelumnya? Mengapa saya mendapatkan hasil yang saya inginkan setelah saya berhenti melakukan yang terbaik? Bukankah sudah terlambat bagi mereka untuk memperhatikan seluruh usaha saya?

Ada beberapa alasan mengapa saya tiba-tiba mendapat pujian setinggi itu dari masyarakat umum (Sebenarnya itu terbilang sederhana, tapi karena saya sebagai perupa muda dan akhirnya usaha saya terlihat, jadi, yah..)

Pertama, ketika saya kecewa dengan diri saya sendiri, saya melepaskan segala sesuatu yang berhubungan dengan persepsi, pemahaman, nilai, kriteria, kerangka, dan pola dalam melakukan sesuatu.

Ketika saya dalam kondisi masa bodoh ini, saya bekerja dengan 'kanvas' kosong di depan saya, bukan 'kanvas' dengan semua bayangan masa lalu tentang hasil pekerjaan dan usaha saya yang hanya sampai dalam bentuk kata-kata. Sebuah penerimaan diri. Penerimaan atas kekurangan/celah yang bertahun-tahun tidak saya sadari dan mungkin hingga saat kini tidak juga saya sadari. 

Penerimaan ini juga mengajarkan saya bahwa tidak semua yang Anda lakukan dengan baik akan menghasilkan persepsi/penilaian positif di mata orang lain. Disinilah memiliki orang yang tahu apa yang kamu lakukan dapat membantu kita untuk melihat celah dan kekurangan yang berada tepat di belakang kepala kita. 

Penerimaan ini memungkinkan saya untuk melepaskan kebiasaan buruk saya saat berkerja. Pertimbangkan sifat perfeksionisme. Dulu, saya memiliki pola pikir atau penilaian bahwa karya seni terbaik akan dikaitkan dengan karya seni yang sempurna. Kesempurnaan datang pertama dan terutama, dan sebagai hasil dari banyaknya revisi yang tak terhitung, hasil karya saya tampak begitu kaku. Sulit untuk melepaskan perfeksionisme. Saya tahu itu. 

Namun, ketika kamu acuh tak acuh terhadap semua atau hal-hal yang kamu lakukan, tampaknya kamu mengatur ulang diri sendiri dan membuang semua yang secara sadar atau tidak sadar menghambatmu.

Pelepasan ini pun yang turut mengubah puncak terakhir saya. 

Saya percaya alasan utama saya menciptakan hasil yang buruk di masa lalu adalah karena ada tempat di mana saya membuat karya seni untuk orang-orang, untuk publik, dengan harapan mendapat banyak apresiasi. Ketika saya mengubah puncak terakhir saya untuk memprioritaskan hanya bekerja untuk diri saya sendiri, untuk menjadi 'ada' pada saat ini dan menikmati hal yang saya lakukan. Tujuan awal saya tercapai dengan sedikit usaha.

Masa bodoh dengan hasil pekerjaan kamu sesekali atau dua kali. Bukannya harus tidak terlalu peduli dengan pekerjaanmu selamanya. Tetapi dengan melakukan itu, barangkali kamu membuka diri terhadap berbagai kmungkinan/potensi hasil yang tidak diduga sebelumnya. Hal ini juga sedikit berbisik pada saya bahwa hasil kerja yang bagus tidak selalu bergandengan tangan dengan kerja keras.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun