Sebelum lebih lanjut mendengarkan saya, kita buka buku planner, notes, atau catatan mengenai keinginan kita di tahun ini dan tahun lalu terlebih dahulu.Â
Tapi tunggu... sebenarnya ini juga tidak begitu perlu karena saya tahu sampai detik ini kita, atau kamu masih akan tetap mengingat harapan dan keinginanmu. Sekalipun itu pada 10 tahun yang lalu, 20 tahun yang lalu..
Nah, kalian masih mengingatnya, kan?
Itu akan masih tetap ada didalam kepala, dan saya yakin selamanya akan terus menetap disana. Barangkali menambah, tapi kita hanya akan lupa sementara, atau keinginan itu tersebunyi di sudut paling sempit dalam otak dan hati kita.Â
Berbeda dengan ingatan/memori yang terjadi dihampir sebagian tahun yang lalu, harapan dan keinginan yang kita miliki, dan tertulis dalam sebuah buku khusus itu tidak lebih sebagai penanda, pengingat atau mungkin menjadi sebuah keharusan yang harus dicapai pada tahun ini.
Kita akhirnya mengetahui keinginan ini membentuk sesuatu yang diistilahkan sebagai goals, resolusi, sasaran, capaian diri. Terkhususnya di awal 2023 ini.
Tapi, apa saya atau kamu sebenarnya sudah benar-benar mengenali keinginan-keinginan ini?
Ada beragam jenis keinginan. Seseorang bisa saja menyebutnya ambisi (passion), yang lainnya bisa menyebutkan dorongan, aspirasi, impian, tujuan atau cita-cita.
Dibalik semua keinginan, terdapat makna, begitu juga dengan dibalik semua sasaran/goals terdapat tujuan. Sebut satu keinginan umum yang dimiliki hampir semua manusia. Memiliki pekerjaan. Jika kita bertanya secara pribadi kepada masing-masing orang di dunia ini.Â
Ada berbagai macam argumen/alasan yang bisa didapat dari satu keinginan yang begitu umum ini.Â
Untuk menjadi kaya dalam waktu cepat, untuk menaikkan status sosial, untuk menghidupi orang lain, untuk memiliki koneksi dengan orang lain, untuk menambah pengalaman, untuk terlihat produktif, untuk akhirnya merasa berguna, dan banyak argumen yang lebih spesifik lainnya.
Kita selalu memiliki tujuan ataupun arti dibalik seluruh keinginan kita, bahkan pada keinginan sespesifik dan sesepele mengapa kita lebih memilih Iphone ketimbang android pada era kini.
Kembali lagi, hal itu persoalan preferensi atau prioritas masing-masing, dan harapan-harapan personal ini tidak bisa diganggu gugat oleh siapapun sebelum ternyata mengakibatkan dampak buruk pada orang lain.
Satu hal yang barangkali sering terlupakan atau dikesampingkan. Kita perlu mengetahui setiap tujuan dari harapan-keinginan yang kita miliki.Â
Hal ini juga tidak sesederhana sekedar apakah hal itu akan memberikan dampak __ (kebaikan, kebahagiaan, nilai, kesejateraaan, dll) secara personal.
Tapi melibatkan kapabilitas dan batasan ego kita juga didalamnya. Kita akan tahu sampai titik mana keinginan itu harus diakhiri, dilupakan, atau dikeluarkan dalam goal list. Menjadi realistis dan rasional terhadap angan-angan.
"Wah, bukannya ini sama saja dengan mematikan mimpi dan harapan yang menjadi hak setiap orang?"
Ya, tentu saja. Tapi bukannya itu kenyataan yang harus diketahui semua orang sejak awal? Menjadi idealistis saja sudah bagus. Tapi ada beberapa hal yang sekiranya terjadi, jika kita terlalu terpaku terhadap harapan, keinginan  cita-cita.
1. Tanpa pemilahan dan menyatakan tujuan dari keinginan, kita jarang membedakan apakah keinginan itu bersifat nafsu sementara (lust) atau sesuatu yang menjadi dambaan dari dulu.
2. Dengan sifat bawaan manusia yang tidak pernah merasa cukup, ada banyak keinginan yang mengantri, kita perlu tahu keinginan mana yang layak dan baik diperjuangkan, jangan sampai ketika kita mendapatkan sesuatu yang kita inginkan dengan cepat hal itu dihempas kembali.
3. Dengan mengidentifikasi keinginan berdasarkan tujuan, kamu akan mengetahui jalan pintas dalam menghasilkan makna/perasaan yang sama dengan mengubah bentuk keinginannya.Â
(Contoh: Ketika saya menggunakan barang-barang branded dengan tujuan untuk mendapatkan pesona karismatik, saya ternyata bisa mengganti pusat keinginan saya dari fokus terhadap nilai material yang saya miliki kepada keinginan untuk belajar mengenai body language dan warna suara saya agar terkesan lebih berkarisma dan beretika.)
4. Memikirkan kembali keinginan yang kita miliki berarti juga memikirkan efek jangka panjang yang akan kita dapatkan dan hal-hal yang perlu diperjuangkan dalam mencapai keinginan tersebut (hubungan, waktu, uang, kedamaian hidup, kesehatan mental dan fisik).Â
Apakah hal tersebut sebanding dengan apa yang akan kamu keluarkan nantinya?
5. Memiliki keinginan itu berarti kita harus mengusahakannya secara individual. Orang lain bisa saja membantumu, tetapi mereka tidak ada tanggungan untuk membantumu sampai mendapatkan hal itu.Â
Nah sekarang, waktunya buka buku dan baca lagi resolusimu, goalsmu, prioritasmu, tahun ini. Bukannya daftar-daftar itu tertulis karena mengharuskan kamu untuk meraihnya dengan usaha personal? Begitu juga dengan keinginan-keinginan kita yang tidak tertulis.
***
Jika kita ingin memiliki keluarga yang lebih harmonis, lebih dekat dan beriman kepada tuhan, lebih sehat fisik dan mental atau memiliki environment yang lebih damai dan tenang? Bukannya semua itu menjadi tanggung jawabmu secara utuh dalam mencapainya?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H