Pertanian merupakan sektor penting dalam perekonomian Indonesia sebagai wadah penyerapan tenaga kerja, penyediaan pangan, penghasil devisa, dan tempat bergantung sebagian masyarakat pedesaan. Pembangunan pertanian berkelanjutan sangat bergantung pada peran sumber daya manusia. Banyaknya permasalahan-permasalahan yang ada di bidang pertanian saat ini membuat bidang pertanian di Indonesia cenderung kurang mengalami kemajuan.Â
Adanya pembangunan pertanian berkelanjutan melalui pengelolaan seluruh potensi sumber daya alam, manusia, kelembagaan, dan teknologi diharapkan mampu berkoordinasi secara keseluruhan. Oleh karena itu, diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki komitmen membangun sektor pertanian yang menjadi salah satu faktor keberhasilan pembangunan pertanian berkelanjutan (Susilowati,2016).
Pembangunan ekonomi di Indonesia dewasa ini masih menyisakan masalah klasik yaitu tingkat pengangguran yang masih tergolong tinggi. Menurut Survey Penduduk Antar sensus (SUPAS) Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2015 di pulau Jawa terdapat jumlah penduduk sebesar 58,45% dari total penduduk Indonesia. Jumlah penduduk yang besar ini bisa dijadikan potensi tenaga kerja yang besar bagi pembangunan.Â
Sedangkan sumber daya manusia pertanian sangat berperan penting dalam membangun pertanian berkelanjutan. Indikator tidak langsung terdapat pada tingkatan pendapatan rumah tangga sebagai representasi tingkat kesejahteraan di sektor pertanian yang berkaitan dengan produktivitas tenaga kerja dan tingkat pengangguran. Berkaitan dengan tenaga kerja manusia, kebijakan dan program pepembangunan sektor pertanian maupun luar sektor pertanian akan berpengaruh baik terhadap kualitas (tingkat pendidikan formal dan keterampilan).
Permasalahan Pada Sektor PertanianÂ
Di dalam setiap kegiatan selalu ada permasalahan-permasalahan yang muncul seperti permasalahan di sektor pertanian. Di dalam permasalahan sektor pertanian, terdapat beberapa macam permasalahan tergantung pada komponen-komponen penting yang berperan di dalamnya, seperti komponen lahan, modal, dan tenaga kerja. Peran tenaga kerja pertanian Indonesia dalam penyerapan tenaga kerja nasional tidak terbantahkan memiliki kontribusi terbesar sekitar 35,3% (Kementerian Pertanian 2015). Permasalahan-permasalahan yang terjadi ialah antara lain :
- Perubahan struktur demografi yang kurang menguntungkan bagi sektor pertanian dikarenakan meningkatnya petani yang berusia tua (lebih dari 55 tahun) sementara tenaga kerja muda semakin berkurang. Semakin menurunnya tenaga kerja muda menambah permasalahan klasik ketenagakerjaan dikarenakan rendahnya rata-rata tingkat pendidikan dibandingkan dengan tenaga kerja di sektor lain. Selama dua dekade, secara absolut dan relatif, jumlah petani muda mengalami penurunan relatif tajam, sementara yang tergolong usia tua semakin meningkat.
- Â Pendidikan yang rendah.
- Teknologi budidaya masih belum optimal dan belum merata.
- Ketersediaan lahan yang semakin terbatas dan kerusakan lahan terus terjadi.
- Pelaku pertanian (petani, buruh tani, dan pelaku lain) belum bekerja sesuai dengan tuntutan persaingan yang ketat.
- Kualitas SDM yang relatif rendah menghambat pertumbuhan sektor pertanian yang berdaya saing dan berkontribusi dalam perolehan.
Kualitas SDM pertanian masih sangat rendah sehingga menjadi kendala bagi upaya perbaikan aspek teknis dan ekonomis usaha tani melalui penerapan teknologi dan pengelolaan berbasis pertanian. Orientasi tersebut menjadi ciri pertanian sehingga sulit berubah ke arah yang lebih produktif,efisien dan berorientasi pasar.Â
Penyebab Kurangnya Minat Tenaga Kerja Muda di Bidang Pertanian
Dimana pada usia 25-34 tahun itu sudah cukup untuk bekerja pada sektor pertanian, sedangkan usia antara 45-54 tahun itu termasuk usia yang relatif tua untuk bekerja pada sektor pertanian. Alasan yang menjadi penyebab minat tenaga kerja muda menurun pada sektor pertanian dikarenakan masih adanya penilaian atau anggapan anak muda tentang pertanian bukan pekerjaan yang bergengsi dan kurang bisa memberikan imbalan ekonomi yang memadai. dan alasan lainnya adalah tentang cara pandang tenaga kerja muda yang telah berubah di era perkembangan masyarakat post modern seperti sekarang.Â
Hal lain yang menjadi penyebab kurangnya minat anak-anak muda pedesaan tentang ilmu pertanian di pedesaan.Â
Dan banyak anak muda yang lebih tertarik kepada teknologi digital seperti sekarang. Krisis petani muda di sektor pertanian lebih dominan petani tua akan memiliki konsekuensi terhadap pembangunan sektor pertanian berkelanjutan, khususnya terhadap produktivitas pertanian, daya saing pasar, kapasitas ekonomi pedesaan dan hal itu akan mengancam ketahanan pangan serta keberlanjutan sektor pertanian.
Cara pemerintah menghadapi permasalahan tenaga kerja di sektor pertanian.
Peran pemerintah dalam mengatasi permasalahan tenaga kerja diutamakan dimulai dari tingkat terkecil , yaitu dari pelaksanaan otonomi daerah. Namun, masalah yang sangat mendasar adalah perubahan pola pengelolaan daerah dari sentralistik menjadi desentralisasi, yaitu sumber daya manusia sebagai aparat pelaksana seluruh aktivitas pembangunan. Suatu pembangunan akan tepat mengenai sasaran, terlaksana dengan baik dan dimanfaatkan hasilnya apabila pembangunan yang dilakukan benar-benar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Cara pemerintah untuk menghadapi permasalahan, antara lain:
- Mengadakan pemberdayaan masyarakat ditujukan untuk konsep kemandirian  dimana program-program pembangunan dirancang secara sistematis agar individu dan masyarakat mampu subjek dari pembangunan. Â
- Pembinaan terhadap masyarakat. Pembinaan merupakan salah satu unsur yang sangat penting di dalam menghadapi permasalahan tenaga kerja, baik itu pembinaan bagi perangkat desa maupun bagi masyarakat. Pembinaan ini bertujuan adalah agar perangkat desa dan warga masyarakat timbul kemauan untuk ikut aktif dalam setiap program pemberdayaan masyarakat. Lalu dilakukannya pembinaan juga bertujuan untuk perubahan sikap dan perilaku menjadi lebih baik melalui pembinaan masyarakat.
- Pelayanan dan pengembangan terhadap masyarakat. Paradigma pelayanan masyarakat yang telah berjalan selama ini beralih dari pelayanan sentralistik ke pelayanan yang lebih memberikan fokus kepada pengelolaan yang berorientasi pada kepuasan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Wihastuti, L., & Rahmatullah, H. (2018). Upah minimum provinsi (UMP) dan penyerapan tenaga kerja di Pulau Jawa. Jurnal Gama Societa, 1(1), 96-102.
Sulistiawati, R. (2013). Pengaruh Upah Minimum terhadap Penyerapan Tenaga Kerja dan Kesejahteraan Masyarakat di Provinsi di Indonesia.
Indradewa, I. G. A., & Natha, K. S. (2015). Pengaruh inflasi, PDRB dan Upah Minimum terhadap penyerapan tenaga kerja di provinsi Bali. E-Jurnal Ekonomi Pembangunan Universitas Udayana, 4(8), 44563.
Oroh, G. S. (2015). Peranan Pemerintah Desa Dalam Pemberdayaan Masyarakat Di Bidang Pertanian Di Desa Tumaratas Kecamatan Langowan Barat Kabupaten Minahasa. Jurnal Politico, 3(2).
Susilowati, S. H. (2019). Fenomena penuaan petani dan berkurangnya tenaga kerja muda serta implikasinya bagi kebijakan pembangunan pertanian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H