Menurut banyak orang, Yogyakarta memiliki banyak tempat wisata, yang patut di kunjungi ketika mengunjungi kota ini. Tidak hanya menyajikan wisata biasa semata, wisata di Jogja juga mengandung nilai-nilai sejarah dan filosofis. Wisata di kota ini sudah dikenal oleh masyarakat luas, dimana hal tersebut dibuktikan dengan seringnya Kota Yogyakarta dijadikan sebagai tujuan liburan keluarga, sekolah, bersama teman, dan lain-lain.
Wisata di Yogyakarta yang paling populer menurut orang-orang ialah Malioboro dan sekitarnya. Sebab, Malioboro dianggap sebagai salah satu ikon dari Daerah Istimewa Yogyakarta. Di daerah sekitar daerah Malioboro sendiri banyak sekali tempat wisata yang dapat dikunjungi oleh masyarakat. Salah satunya adalah Pasar Beringharjo.
Pasar Beringharjo merupakan salah satu pasar di Kota Yogyakarta, tepatnya terletak di Jalan Pabringan No 1 di ujung selatan Jalan Malioboro. Pasar ini juga berdekatan dengan Benteng Vredeburg serta Taman Budaya. Pasar Beringharjo ialah pasar tertua di Yogyakarta yang memiliki nilai historis dan filosofis yang tidak dapat dipisahkan dengan Keraton Yogyakarta  karena telah melewati tiga fase, yakni masa kerajaan, penjajahan, dan kemerdekaan.
Pasar Beringharjo dikenal sebagai ikon pilar Catur Tunggal, yaitu keraton, alun-alun, masjid keraton dan Pasar Beringharjo, yang mana menjadi pusat kegiatan ekonomi masyarakat Yogyakarta. Dari beberapa sumber, pasar ini juga mengalami pemugaran beberapa kali, sebagai lambang tahapan hidup manusia dalam memenuhi kebutuhan ekonominya.
Menurut beberapa sumber, awalnya wilayah Pasar Beringharjo merupakan hutan beringin. Kemudian, setelah Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat berdiri pada tahun 1758, wilayah tersebut lantas menjadi tempat untuk melakukan transaksi ekonomi oleh warga Yogyakarta dan sekitarnya. Selanjutnya, pada 24 Maret 1925, Keraton memberikan tugas kepada Perusahaan Beton asal Belanda (Nederlandsch Indisch Beton Maatschappij) untuk membangun tempat transaksi ekonomi tersebut agar dibangun menjadi sebuah bangunan permanen. Kontraktor Hindia Belanda tersebut membuat 11 kios untuk los-los pasar. Pembangunan Pasar Beringharjo tersebut berlangsung selama lima bulan dan selesai pada bulan Agustus 1925.
Nama pasar itu sendiri memiliki makna tersendiri, dimana nama 'Beringharjo' diberikan oleh Hamengku Buwono IX, yang mana memiliki arti wilayah yang semula pohon beringin (bering) diharapkan dapat memberikan kesejahteraan (harjo).
Bangunan Pasar Beringharjo secara umum terbagi menjadi dua bagian, yaitu barat dan timur. Di bagian tengah pasar dipisahkan oleh keberadaan jalan tembus sebagai penghubung antara Jalan Lor Pasar dengan Jalan Pabringan. Bangunan utama di bagian barat sendiri terdiri dari dua lantai, sedangkan bangunan di bagian timur terdiri dari tiga lantai. Pintu masuk utama pasar ini terletak di bagian barat, tepat menghadap langsung ke Jalan Malioboro. Pada bagian barat Pasar Beringharjo terdapat gerbang pasar yang bentuknya adalah bangunan kembar.Â
Pintu gerbang utama ini adalah bangunan yang memiliki ciri khas kolonial dengan tulisan Pasar Beringharjo menggunakan aksara Latin dan aksara Jawa. Di samping kanan dan kiri gerbang terdapat beberapa kios kecil yang menjual pakaian batik dan barang-barang lainnya.
Pasar ini menggabungkan antara konsep tradisional dengan modern. Di mana terdapat eskalator yang dominan digunakan di pasar area barat dan menggunakan tangga untuk daerah pasar di area timur. Daerah barat sendiri memang terlihat lebih modern. Sedangkan daerah timur lebih menonjolkan tradisionalitas pasar.
Di Pasar Beringharjo, wisatawan dapat menemukan berbagai macam barang dagangan. Mulai mulai dari batik, jajanan pasar, uang kuno, pakaian untuk segala jenis umur, makanan cepat saji, bahan dasar jamu tradisional dan jamu siap minum, sembako barang antik, hingga barang bekas pun dapat ditemukan di pasar ini.
Pasar Beringharjo merupakan salah satu tempat yang menjual berbagai jenis batik, mulai dari kain batik hingga pakaian batik yang sudah jadi. Â Bagi wisatawan yang hendak membeli batik kain dapat mencarinya di los pasar bagian barat sebelah utara. Sementara koleksi pakaian batik dapat ditemukan hampir di seluruh pasar bagian barat. Los pasar bagian barat tidak hanya menjual batik saja, tetapi juga menjual baju surjan, blangkon, dan sarung tenun maupun batik.
Menurut Lina, salah satu pengunjung pasar, "Setiap liburan ke Jogja rasanya kurang lengkap kalau belum  mampir ke pasar Beringharjo untuk belanja oleh-oleh untuk keluarga di rumah. Biasanya lebih suka beli batik di sini. Sering beli daster buat ibu juga di rumah."
Tidak ketinggalan pula berbagai jenis rempah-rempah juga kamu yang dijual di lantai dua pasar bagian timur. Di lantai itu memang menjadi pusat penjualan bahan dasar jamu dan rempah-rempah. Tidak hanya hanya bahan dasar jamu yang dijual, tetapi juga banyak jamu berbentuk bubuk dan jamu iap minum.
Seperti yang sudah disebutkan di atas bahwa Pasar Beringharjo ini juga menjual barang antik yang terdapat di lantai tiga, pasar bagian timur. Di lantai tiga tersebut dapat dijumpai berbagai jenis barang antik, seperti mesin ketik tua, helm buatan tahun 60-an, dan barang-barang antik lainnya. Tidak hanya menjual barang antik, di lantai tersebut juga terdapat berbagai macam barang bekas impor, mulai dari jam bekas, tas, sepatu, dan barang bekas lainnya, Â yang mana masih bagus untuk digunakan.
"Saya sendiri cukup jarang beli pakaian di sini. Tapi, selalu ke sini kalua cari barang-barang antic buat koleksi di rumah." Ucap Suryo, salah satu pengunjung Pasar Beringharjo.
Di Pasar Beringharjo, wisatawan juga dapat menemukan berbagai jenis kuliner, seperti gudeg, gulai kambing, sate ayam, kue-kue tradisional, dan lain sebagainya.
Bagi wisatawan yang ingin mampir ke Pasar Beringharjo, pasar ini bisa dikunjungi mulai pukul 04.00 pagi dan ditutup pada pukul 21.00 WIB, setelah sebelumnya sempat dibatasi karena adanya pandemi Covid-19.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H