Mohon tunggu...
Kirana Ayu Prajna
Kirana Ayu Prajna Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

22107030073 UIN Sunan Kalijaga

Selanjutnya

Tutup

Book

Banyak Toko Buku Gulung TIkar? Ini Alasannya!

16 Juni 2023   15:16 Diperbarui: 16 Juni 2023   15:28 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhir-akhir ini cukup banyak sekali toko buku yang memilih untuk tutup. Sangat disayangkan karena toko buku offline semakin berkurang. Saya sendiri, meskipun tidak lantas membeli sesuatu di toko buku merasa sedih akan hal tersebut. Sebab perasaan masuk ke toko buku itu sangat menyenangkan bagi saya sendiri.

Di daerah tempat tinggal saya memang tidak terlalu banyak toko buku. Namun, ada satu toko buku yang masih ada hingga sekarang dan toko tersebut sudah berdiri sejak saya masih kecil. Dulu saya sangat menggemari novel KKPK (Kecil-Kecil Punya Karya), Fantasteen, Majalah Bobo, dan lain-lain. Nah, saya membeli buku-buku tersebut di toko buku tersebut. Terakhir kali saya lihat, toko tersebut masih ada, hanya berpindah tempat saja, pun tempatnya semakin luas.

Ada satu toko buku yang sering saya kunjungi ketika SMP. Letaknya cukup jauh dari rumah. Saya cukup senang ke sana karena tempatnya luas, koleksinya cukup lengkap, tempatnya nyaman, juga ada diskon 10% hampir seluruh item. Untuk anak SMP seperti saya dulu, hal tersebut tentu cukup menggiurkan, meskipun hanya 10%. Pada saat itu juga buku digital dan toko online belum terlalu naik. Toko buku ini juga masih berdiri hingga saat ini. Terakhir saya lihat juga tempatnya semakin bagus. Saya merasa senang melihat hal tersebut karena toko buku itu merupakan salah satu tempat yang menjadi kenangan ketika masa SMP.

Melihat fenomena toko buku tutup ini membuat saya merasakan perasaan sedih. Sebab, kalau saya sedang merasa bosan, saya akan pergi ke toko buku, entah untuk melihat-lihat buku atau orang-orang yang sedang menikmati buku juga. Apalagi bagaimana orang-orang yang sering mengunjungi toko buku, tetapi toko buku tersebut tutup.

Mungkin banyak orang yang bertanya-tanya, mengapa banyak toko buku offline tutup. Dalam beberapa artikel banyak yang membahas hal tersebut. Diantaranya sebagai berikut.

1. Maraknya E-book

Penggunaan e-book semakin marak akhir-akhir ini. Masyarakat lebih memilih menggunakan e-book dibandingkan dengan buku fisik. Sebab, menurut banyak orang, hal tersebut jauh lebih efisien daripada harus membawa buku ke mana-mana. Terlebih buku digital dapat didapatkan dengan harga yang jauh lebih murah. Untuk membelinya saja tidak perlu tenaga berlebih dan uang transportasi. Maka dari itu, banyak yang tergiur untuk beralih pada buku digital ini.

2. Toko Online Semakin Banyak

Semakin banyaknya toko daring ini membuat persaingan antara toko buku offline dengan toko buku daring semakin ketat. Orang-orang lebih memilih untuk berbelanja melalui daring karena tidak terlalu membutuhkan banyak waktu dan tenaga seperti belanja langsung ke tempat. Tinggal pesan dan tunggu buku yang diinginkan sampai di rumah. Terlebih, diskon yang ditawarkan oleh toko daring jauh lebih banyak dibandingkan harus belanja ke tempat. Meskipun, sekarang Gramedia juga menyediakan layanan pesan antar yang bisa menjadi pilihan teman-teman sekalian jika malas untuk keluar rumah.

3. Biaya Sewa Tempat Semakin Meningkat

Toko buku melibatkan banyak sekali faktor yang membutuhkan biaya lebih seperti, biaya sewa, gaji karyawan, biaya perawatan fasilitas, dan lain-lain. Biaya sewa tempat semakin mahal akhir-akhir ini, apalagi dengan adanya penurunan daya beli dari masyarakat, membuat banyak toko buku tidak bisa mempertahankan bisnis tersebut.

4. Adanya Pandemi Covid-19

Seperti yang telah kita tahun  adanya pandemi ini, membuat banyak bidang-bidang usaha mengalami penurunan sementara. Salah satunya tentu bisnis toko buku ini. Orang-orang tentu merasa ragu untuk keluar rumah dan pergi ke toko buku. Adanya pembatasan sosial yang disampaikan oleh pemerintah, membuat orang-orang juga enggan untuk keluar. Hal ini menjadi salah satu tantangan yang cukup berat bagi toko buku karena menyebabkan penjualan mereka semakin menurun.

Beberapa hal di atas, yang sudah dijelaskan, merupakan beberapa alasan yang mendasari banyaknya toko buku offline gulung tikar. Adanya perkembangan zaman yang semakin maju, membuat banyak orang memilih hal yang jauh lebih efisien dibandingkan dengan buku fisik. Persaingan antara toko daring dan luring juga menjadi faktor yang cukup berpengaruh dalam hal ini. Meskipun masih banyak pula orang-orang yang memilih berbelanja langsung ke toko, tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa penjualan buku di toko offline mengalami penurunan.

Semoga, tidak ada lagi toko buku offline yang tutup kedepannya.  

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun