Kandidat dengan tipe well-prepared ke arah manipulatif itu bener-bener bikin kesel para rekruter, lho. Bukan malah impress, yang ada kesel karena waktunya makin banyak terbuang untuk bisa mendapatkan profil kandidat yang konsisten.
Sekali lagi, proses hiring adalah proses perkawinan antara diri kandidat dan perusahaan. Dengan mempelajari value perusahaan dan mencocokkan dengan value internal masing-masing, adalah langkah pertama yang bisa dibilang penting gak penting. Sebab paling tidak ketika valuenya sejalan, orang tersebut akan memiliki pride dan bukan hal yang susah untuk membangkitkan produktivitasnya.
Langkah kedua adalah memperhatikan deskripsi pekerjaannya, apakah tipe pekerjaan yang memiliki banyak variasi, atau tipe yang monoton, atau tipe administratif, atau tipe yang strategis? Ini juga penting nggak penting sebab karakter masing-masing orang dan kecenderungannya untuk bisa bertahan dalam situasi pekerjaan yang sifatnya 'menekan', memiliki pola yang berbeda-beda.Â
Maka, bagi para kandidat, kenali terlebih dahulu kecenderungan tipe kerja Anda. Langkah ini juga akan menentukan seberapa besar Anda akan mampu bertahan dan berkembang dalam pekerjaan.
Langkah ke empat, jika ternyata Anda dinyatakan lolos, ya, bagus!. Tapi kalau tidak juga jangan berkecil hati. Ingat dan camkan baik-baik bahwa, ketika Anda belum diterima bukan berarti profil Anda tidak layak.Â
Banyak kejadian alasan tidak diterimanya kandidat juga karena overqualification atau bisa juga terkait kesediaan perusahaan untuk membayar gaji yang Anda harapkan. Yang jelas, tidak ada salahnya untuk terus membenahi diri dan focus pada tujuan karir Anda.
Langkah selanjutnya adalah mengatur ekspektasi. Sebagai seorang rekruter, pertanyaan yang akhir-akhir ini kerap saya lontarkan pada kandidat adalah "Apa ekspektasi Anda terkait dunia kerja?". Beberapa menjawab secara normatif, beberapa yang lain cukup menunjukkan idealismenya, dan rata-rata senior menjawab dengan realistis.Â
Alasan saya tertarik menanyakan hal tersebut adalah, sebab bagi saya, seberapa kuat seseorang dapat bertahan di lingkup pekerjaan, atau bahkan di semua aspek kehidupan, adalah tentang bagaimana ia menghadapi kenyataan yang ada di depannya, yang kerapkali sulit diprediksi dan dikontrol, dan bagaimana ia bersedia dan mampu beradaptasi dengan hal tersebut.Â
Maka hal pertama yang muncul di benak saya adalah ekspektasi. Sebab ekspektasi lah yang secara tidak sadar menjadi drive seseorang dalam bertindak dan merespon kejadian-kejadian di sekitarnya.
Untuk para freshgraduate, ketahuilah jika saat ini persaingan dalam mendapatkan pekerjaan akan semakin sengit, terlebih Indonesia saat ini tengah dihadapkan pada bonus demografi di mana jumlah usia produktif akan membeludak. Jangan menyusahkan diri sendiri dengan idealisme Anda. Dunia kerja mungkin sulit ditebak.Â
Bertemu dengan atasan yang menjengkelkan, bertemu bawahan yang nyusahin, hal-hal tersebut jauh dari kontrol. Sehingga, satu-satunya yang bisa dipersiapkan adalah diri masing-masing termasuk mengatur ekspektasi bahwa dunia kerja memang begitu adanya.